Sukses

Polemik Tugu Nama Gunung Bromo

Tugu "The Sea of Sand" Gunung Bromo menuai protes dari sejumlah pihak. Mengapa?

Liputan6.com, Probolinggo - Tugu "The Sea of Sand" di kawasan wisata Gunung Bromo, diprotes oleh komunitas Sahabat Bromo dan Masyarakat Fotografi Indonesia (MFI). Dua komunitas ini protes, karena bangunan tugu itu dianggap merusak estetika dan menghalangi pengunjung mengabadikan panorama alami Gunung Bromo.

Dalam surat terbuka yang beredar di media sosial, Ketua Dewan Pembina MFI, Sigit Pramono menyebut bahwa pembangunan tugu nama semacam itu sama sekali tidak menambah keindahan Bromo, justru merusak foto-foto panorama alam yang diambil di sana.

"Satu hal yang jelas, pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru hanya menghamburkan uang saja. Padahal, uang itu bisa digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat, misal menambah jumlah toilet di kawasan Bromo," katanya.

Pantauan Liputan6.com, Sabtu, 14 Oktober 2017, tugu tersebut berjumlah dua bangunan, yakni di area lautan pasir dan kawasan bukit "teletubbies". Warna bangunan terlihat mencolok dengan latar warna coklat dan warna tulisan kolaborasi orange dan biru.

"Kalau untuk tempat wisata buatan manusia (man made) seperti Ancol, Taman Safari, dan lain-lain, kami tidak keberatan bila pengelolanya membangun tugu nama di lokasi. Adapun Gunung Bromo adalah tempat wisata yang merupakan anugerah Tuhan yang indah sehingga sama sekali tidak perlu dibangun tugu nama di sana," Sigit menandaskan.

Surat terbuka yang diunggah Sigit Pramono dalam akun fesbuknya pada Jumat, 13 Oktober 2017 itu, ditujukan untuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kementerian Pariwisata, selaku kementerian yang menaungi TNBTS yang merupakan pengelola wisata kawasan Gunung Bromo.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.