Sukses

Cara Polisi Karangasem Tangkal Warga Nekat Mendaki Gunung Agung

Sebelumnya, dua pemuka Hindu nekat naik ke puncak Gunung Agung. Seorang warga negara asing juga nekat mendaki hingga bibir kawah.

Liputan6.com, Karangasem - Beberapa warga nekat naik ke puncak Gunung Agung, meski statusnya Awas. Tak hanya warga lokal, wisatawan asing pun nekat naik ke puncak gunung setinggi 3.031 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut.

Lantaran itulah, Polres Karangasem bersama instansi terkait membangun 21 pos jaga di setiap titik pendakian untuk mencegah warga kembali naik ke puncak gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem itu.

"Personel kami sudah berjaga di titik-titik yang telah ditentukan," ucap Kapolres Karangasem, AKBP I Wayan Gede Ardana, Selasa (10/10/2017).

‎Pos jaga itu dibangun di luar Kawasan Rawan Bencana I (KRB I)‎ dengan radius 12 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung. Apalagi, hingga kini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) menginformasikan potensi Gunung Agung meletus masih tetap tinggi ketimbang tidak meletus.

"Untuk itu, kami berinisiatif membangun pos jaga agar warga tak ada yang nekat mendaki," tuturnya.

Warga pun kembali diingatkan tidak beraktivitas di zona bahaya Gunung Agung. "Tentu ini demi keselamatan mereka agar  tak ada korban jiwa jika Gunung Agung meletus," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Aksi Nekat Warga Asing

Sebelumnya, dua pemuka Hindu nekat naik ke puncak Gunung Agung. Mereka adalah Mangku Mokoh dan Jro Mangku Kari. Keduanya naik dan melihat langsung kawah Gunung Agung pada 29 September 2017. Selanjutnya, pada Kamis, 5 Oktober 2017, seorang warga negara asing bernama Karl Kaddouri nekat mendaki Gunung Agung hingga ke kawah.

Bahkan, melalui akun Facebook, Karl Kaddouri mengunggah video yang memperlihatkan kondisi kawah Gunung Agung. Video diunggah pada Jumat, 6 Oktober 2017, dan menjadi viral di medsos.

"Ini jelas pelanggaran. Meski sudah tahu berbahaya dan dilarang memasuki zona berbahaya dari Gunung Agung, apalagi sampai ke puncak kawah, semua itu dilanggar," ucap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam keterangan tertulis, Jumat malam, 6 Oktober 2017.

Menurut Sutopo, sangat berbahaya mendaki Gunung Agung yang berstatus Awas (Level IV), karena dapat tiba-tiba terjadi letusan. "Berbahaya bagi orang tersebut maupun bagi tim SAR jika terjadi letusan dan diketahui ada yang menjadi korban di puncak kawah," ia menambahkan.

Dari video kawah Gunung Agung, memang kondisinya seperti itu. "Sudah ada rekahan dan asap keluar dari kawah hingga ketinggian 50-100 meter dengan tekanan rendah," ujar Sutopo.

3 dari 3 halaman

SAR Surabaya Siap Terjunkan Tim

Sementara itu, Kantor SAR Surabaya menyiagakan 25 anggota khusus untuk diterbangkan ke Bali, jika terjadi letusan di Gunung Agung.

"Kapan pun mereka dibutuhkan, mereka siap diterbangkan," tutur Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan atau BNPP (dulu bernama Basarnas) Kantor SAR Surabaya, Mochammad Arifin, di Sidoarjo, Jawa Timur, Senin, 9 Oktober 2017.

Untuk itu, Kantor SAR Surabaya menjalin koordinasi dengan SAR Bali. Namun demikian, kondisi saat ini masih bisa tertangani.

"Mereka sudah memiliki skill khusus, baik untuk mengevakuasi maupun melakukan pencarian dan memberi pertolongan kepada korban Gunung Agung. Bahkan, mereka ini sudah terlatih dan memiliki lisensi," katanya.

Saat ini, petugas SAR terus berlatih rutin sambil menunggu komando keberangkatan jika diperlukan. Selain 25 anggota terlatih, saat ini juga disiapkan dua truk personel.

"Sementara, untuk heli Basarnas, tahun ini belum bisa dikerahkan. Karena heli canggih itu terjatuh di Temanggung saat melakukan tugas," ucap Arifin.

Jika nantinya terjadi letusan dan terpaksa dilakukan evakuasi besar-besaran, maka yang lebih dahulu diberangkatkan tim SAR yang berada di Banyuwangi, lalu diikuti dengan tim Kantor SAR Surabaya.

"Jadi, teman-teman di sana tidak perlu menunggu lama, karena kita sudah perintahkan di Banyuwangi untuk berangkat lebih dulu," ujarnya.

Meski demikian, tak semua tim yang ada di Kantor SAR Surabaya dikerahkan ke lokasi bencana Gunung Agung, Bali. Pihaknya juga menyediakan tim untuk Jawa Timur, terutama bila terjadi bencana secara bersamaan.

"Setidaknya ada sekitar 75 orang yang masih tetap di sini dan menjaga kondisi di Jawa Timur khususnya," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.