Sukses

WWF: Penerkam Banteng di Ujung Kulon Bukan Harimau Jawa

WWF meyakini hewan buas yang muncul menerkam banteng beberapa Minggu lalu di padang gembala Cidaon Ujung Kulon, bukanlah harimau Jawa.

Liputan6.com, Ujung Kulon - World Wide Fund for Nature (WWF) meyakini hewan buas yang muncul menerkam banteng beberapa Minggu lalu di padang gembala Cidaon Ujung Kulon, bukanlah harimau Jawa yang ramai diperbincangkan belakangan ini.

"Saya yakin 99 persen kucing besar itu bukan harimau (Jawa), karena sampai saat ini belum terbukti," kata Arnold Sitompul, Direktur Konservasi WWF Indonesia, yang ditemui usai puncak peringatan hari badak sedunia di Pos Cilintang, Desa Ujung Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten, Jumat 22 September 2017.

Di tengah hutan itu, Arnold menduga hewan tersebut adalah macan tutul yang telah memangsa banteng di padang gembala tesebut.

"Kita menduga itu macan dahan. Hasil investigasi masih dikumpulkan. Kalau dilihat dari foto, itu macan tutul," terangnya.

Meski begitu, pihaknya masih menunggu pengumpulan data yang kini terus dilakukan oleh pihak Balai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), WWF Indonesia, dan mitra kerja lainnya.

"Ukuran badan lebih kecil, kepala lebih kecil, jadi foto atau video itu proses perburuan tidak terlihat," jelasnya.

Sebelumnya Kemunculan seekor hewan diduga harimau Jawa dibenarkan Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Kabupaten Pandeglang, Banten, Huddan Zulkarnaen. Menurut dia, petugas TNUK bernama Gabel-lah yang pertama kali berhasil mengabadikan foto dan menduga hewan buas tersebut adalah harimau Jawa atau Panthera tigris sondaica.

"Saat itu petugas lagi monitoring jumlah banteng di Cidaon (TNUK)," ucap Huddan kepada Liputan6.com, Jumat 15 September 2017.

Kucing besar yang diduga harimau Jawa tersebut muncul di padang penggembalaan Cidaon, TNUK, pada 25 Agustus 2017. Saat itu, hewan karnivora diduga harimau Jawa itu sedang memangsa banteng di wilayah Cidaon yang termasuk zona inti taman nasional seluas 122.956 hektare. "Padang gembala di Cidaon itu tempat berkumpulnya banteng dan merak untuk merumput," ia menambahkan.

Menurut Huddan, Semenanjung Ujung Kulon tersebut memang menjadi salah satu tempat hidupnya hewan karnivora yang mempunyai tubuh bercorak loreng itu. Berdasarkan pengamatan Liputan6.com, foto bidikan petugas TNUK itu memperlihatkan seekor banteng tergeletak mati, sedangkan seekor banteng lainnya tampak di belakangnya. Hewan buas diduga harimau Jawa itu kemudian beranjak pergi, sedangkan tiga ekor burung merak terlihat bergegas menghindarinya.

Terkait kemunculan hewan diduga harimau Jawa, Kepala Balai TNUK Mamat Rahmat pun menjelaskan. "Kami sudah menurunkan tim survei ke lapangan untuk mengetahui keberadaan hewan tersebut," kata Rahmat saat dikonfirmasi melalui pesan singkat kepada Liputan6.com, Selasa, 12 September 2017.

Pihaknya berjanji akan menyampaikan kepada publik jika telah mendapatkan kepastian dengan data yang akurat jika harimau Jawa ditemukan kembali di lahan konservasi badak bercula satu itu.

"Jadi saat ini belum bisa komentar. Nanti setelah ada hasil, maka akan kami share ke media," Rahmat menjelaskan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.