Sukses

5 Fase Letusan Gunung Agung pada 1963

Saat meninjau Pos Pantau Gunung Agung, Kepala BNPB Willem Rampangilei meminta petugas menyiapkan skenario evakuasi jika terancam erupsi.

Liputan6.com, Karangasem - Gunung Agung terakhir kali meletus pada 1963. Saat itu, letusan mengalami lima fase. Fase pertama adalah fase gejala yang ditandai dengan terasanya gempa tepat di bawah Gunung Agung.

Berikutnya terjadi fase pembuka yang ditandai dengan letusan pembuka untuk kemudian membentuk danau lava. Fase tersebut disusul dengan erupsi pertama yang menyemburkan material vulkanik sejauh 14 kilometer ke utara.

Kemudian, terjadi erupsi kedua yang melontarkan material vulkanik sejauh 10 km ke arah selatan. Fase terakhir adalah letusan susulan yang cenderung berlangsung lama.

"Hingga saat ini, pemerintah dan pemda terus melakukan upaya mengantisipasi kemungkinan Gunung Agung meletus," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Sutopo Purwo Nugroho, melalui keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu (20/9/2017).

Seiring meningkatnya status Gunung Agung ke level III (siaga), Kepala BNPB Willem Rampangilei meninjau langsung pos pantau Gunung Agung pada Rabu (20/9/2017). Dalam kunjungan itu, ia menegaskan jika BNPB akan terus mendampingi BPBD dan membantu pemerintah daerah dalam mengambil langkah-langkah antisipasi menghadapi kemungkinan erupsi Gunung Agung.

"Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BNPB terus mendampingi BPBD dalam menyusun rencana kontinjensi menghadapi erupsi Gunung Agung. Jika suatu saat benar-benar meletus, maka rencana kontinjensi tersebut dijadikan rencana operasi," kata Willem.

Willem mengatakan letak Pos Pengamatan Gunung Agung sekitar 15 km dari kawah, sehingga aman dan berada di luar kawasan rawan bencana. Namun, ia meminta petugas setempat menyiapkan skenario jika sewaktu-waktu ada ancaman.

Ia mencontohkan situasi saat erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 2010. Saat itu, pos pengamatan Gunung Merapi terpaksa harus dikosongkan karena berbahaya. Namun, pengamatan harus tetap berjalan.

"Tujuan saya ke sini adalah untuk mengecek situasi di lapangan apakah early warning system bekerja sesuai SOP dan jika terjadi letusan perencanaan evakuasi seperti apa dan di mana lokasi evakuasi. Kemudian, memperkuat komunikasi antarinstansi sehingga masyarakat dapat informasi dengan cepat," kata Willem.

Berdasarkan laporan Pos Pantau Gunung Agung (PGA), tercatat terjadi 427 kali gempa pada Selasa, 19 September 2017. Sementara hari ini, terjadi 94 gempa antara pukul 00.00-06.00 Wita.

"Walaupun kegempaan tidak setajam dua hari lalu, sempat terjadi sebanyak 480 detik tremor. Dengan gempa dangkal 2 km dan kedalaman magma 5 km, masyarakat harus tetap waspada," ujar salah seorang petugas Pos Pantau Gunung Agung.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.