Sukses

Berburu Mata Air hingga Sawah Retak Saat Kekeringan di Majalengka

Petani penggarap terancam merugi karena kekeringan membuat tanah sawah yang disewa mengering dan retak.

Liputan6.com, Majalengka - Tidak hanya pantura Cirebon dan Brebes, ancaman kekeringan juga melanda wilayah di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Seperti dialami warga Dukuh Hurip, Kelurahan Cicurug, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka.

Warga harus berjalan ratusan meter menuju mata air Sumur Nyimplung yang berada di kaki Bukit Kalang Bentang. Menurut Indra Subana, warga setempat, lebih dari 200 orang di kampungnya memanfaatkan mata air itu untuk untuk mandi, cuci, dan minum.

Bukan hanya masyarakat yang ada di Dukuh Hurip saja. Warga dari Gunung Haur, Kelurahan Sindangkasih, juga mengambil air bersih dari mata air Sumur Nyimplung. Warga berharap pemerintah daerah setempat turun tangan membantu mengatasi kekeringan tersebut.

"Biasanya masyarakat memanfaatkan sumber mata air tersebut pada pagi hari, dari pukul 03.00 sampai 08.00 pagi, sedangkan sore harinya dari pukul 15-20 malam," tutur Indra, Selasa, 12 September 2017.

Terpisah, kekeringan juga mengancam areal persawahan di Kabupaten Majalengka. Petani terancam gagal panen karena pasokan air yang kurang.

Emi, petani di Kecamatan Cigasong yang menyewa lahan sawah bengkok, tidak menduga kalau sawahnya akan kekeringan. Kini, kondisi sawah yang baru ditanami dua bulan lalu retak-retak akibat cukup lama tidak dialiri air.

Lebar retakan sawah mencapai 3 hingga 5 cm dengan kedalaman 10 hingga 15 cm. Kondisi tanaman yang seharusnya mulai berbiji, daunnya malah mulai pirang dan menguning. Emi dan petani lainnya mengaku mencoba peruntungan karena berdasarkan pengalamannya menyewa bengkok tahun lalu, lahan itu bisa ditanami tiga kali.

"Makanya, tahun ini kami coba kembali menanami sawah sewaannya seluas satu bau. Tadinya diharapkan bisa untung karena dari MT I, kami rugi akibat serangan hama tikus dan penggerek batang. Dari luas satu bau, hanya dapat 10 kuintal. Jumlah tersebut dibagi dua dengan penyewa sawah. Jadi perolehan kami hanya 5 kuintal," ujar dia.

Perkiraan Akhir Musim Kemarau

Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jatiwangi, Ahmad Faa Izyn mengatakan dari data klimatologi, wilayah Kuningan dan Majalengka selatan akan masuk awal musim hujan pada akhir Oktober.

"Sedangkan untuk wilayah Indramayu, Cirebon, dan Majalengka Tengah dan Utara, pada bulan November. Penjelasan sementara bisa menjadi patokan kapan berakhirnya musim kemarau," ujar Ahmad.

Data BMKG lanjut dia, berdasarkan peta Monitoring Hari Tanpa Hujan dan Peta Distribusi Curah Hujan Dasarian I September 2017 Provinsi Jawa Barat terlihat, sebagian besar wilayah yang mengalami hari tanpa hujan terjadi di Bekasi ( Bendung Bekasi, Tambun), Karawang (Pasir Ukem, Pataruman), Subang ( Dangdeur, Ciasem), Indramayu ( Juntinyuat, Losarang, Indramayu, Krangkeng), Cirebon (Gegesik), Kuningan (Waduk Darma), Majalengka (Rentang, Sadawangi, Banjaran, Rawa, Sunia, Pajajar, Talaga, Cikijing, Majalengka).

"Peringatan Dini Kekeringan Jawa Barat, wilayah yang berpotensi kekeringan ekstrem atau 60 hari tanpa hujan di wilayah Subang, Purwakarta, Bandung, Sumedang, Indramayu," kata Ahmad.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.