Sukses

Kisah Bertahan Hidup 4 Anggota TNI yang Dinyatakan Hilang di Laut

Keempat anggota TNI itu terus mendayung, tapi karena arus bawah laut terlampau deras, mereka terbawa hingga entah ke mana.

Liputan6.com, Kupang - Empat orang anggota TNI Angkatan Darat dari Satuan Tugas Pengamanan Pulau Terluar di Pulau Batek, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang sempat dikabarkan hilang, akhirnya ditemukan selamat.

Kapenrem 161/Wira Sakti Kupang, Mayor Armed Ida Bagus Diana Sukertia mengatakan, empat anggota TNI itu, yakni Praka Ronal, Pratu Agung, Pratu Sudarman, Pratu Ardi, dilaporkan hilang sejak Kamis, 10 Agustus 2017.

"Setelah dilakukan pencarian oleh Basarnas, pada Jumat 11 Agustus 2017, sekitar pukul 19.49 Wita, keempat personel sudah ditemukan dan naik ke kapal dalam keadaan selamat dan aman," kata Sukertia kepada Liputan6.com, Jumat 11 Agustus 2017.

Menurut Sukertia, perjuangan keempat orang anggota TNI untuk bertahan hidup saat perahu yang ditumpangi mengalami mati mesin di laut lepas sangat mengagumkan. Selama 24 jam mereka terombang-ambing di tengah laut.

Keempat anggota TNI itu terus mendayung, tapi karena arus bawah laut terlampau deras, mereka terbawa hingga entah ke mana. Untungnya, kapal Basarnas segera datang. Di sinilah, kata Sukertia, improvisasi keempat anggota TNI itu patut diapresiasi.

"Mereka melihat lampu kapal Basarnas. Untuk kontak dengan tim Basarnas, mereka memanfaatkan minyak di tangki atau jeriken dan kertas, lalu dinyalakan untuk membuat cahaya atau signal untuk diketahui tim Basarnas. Ternyata ini cara efektif untuk mengetahui posisi mereka," jelas Sukertia.

Saat ini, lanjut Sukertia, keempat personel TNI itu sudah dibawa menuju pelabuhan navigasi dengan jarak tempuh tiga jam dari posisi mereka saat ini.

Keempat anggota TNI itu berangkat dari Pulau Batek menuju Oepoli, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, dengan perahu karet untuk berbelanja kebutuhan logistik dapur.

"Saat mereka menyeberang ke Oepoli berjalan aman. Namun, saat perjalanan pulang menuju Pulau Batek, mesin perahu karet atau Landing Craf Rubber dengan menggunakan mesin tempel ini mati, sehingga diperkirakan perahu karet terombang-ambing dan terbawa arus gelombang laut," katanya.



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.