Sukses

Kelanjutan Kasus Perisakan Siswi yang Ceburkan Diri ke Sungai

Polisi berencana mengerahkan Bhabinkantibmas untuk menekan perisakan yang terjadi di sekolah-sekolah.

Liputan6.com, Pekanbaru - Kapolda Riau Irjen Pol Zulkarnain Adinegara prihatin dengan kejadian meninggalnya siswi 16 tahun berinisial ES di Kabupaten Kampar, Riau. ES menceburkan diri setelah menjadi korban perisakan teman sekolahnya. Lalu, bagaimana kelanjutan kasus perisakan jika korban sudah meninggal dunia?

Ia menyatakan kasus tersebut sulit diproses secara pidana, terutama dari segi pembuktiannya. "Tidak mungkin juga yang mem-bully dijadikan tersangka, meskipun terjadinya tindak pidana adalah kausalitas," kata mantan Kapolda Maluku Utara ini di Pekanbaru, Selasa siang, 1 Agustus 2017.

Menurut jenderal bintang dua itu, akan sangat sulit membuktikan apakah ES depresi atau stres, sehingga kemudian bunuh diri akibat perisakan dari teman sekelasnya. Selain belum adanya bukti berupa visual ataupun video, pengambilan keterangan juga sulit dilakukan.

"Sulit juga ya ditersangkakan yang mem-bully,‎" kata Zulkarnain.

Menurut Zulkarnain, ia mengetahui adanya siswi menceburkan diri ke sungai karena dirisak berdasarkan laporan dari bawahannya. Dia juga kaget kalau korban merupakan siswi di salah satu SMA ternama di Bangkinang, Kabupaten Kampar.

Meskipun sulit membuktikan secara pidana, Zulkarnain berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak. Perisakan diharap tidak terjadi lagi untuk semua kalangan karena efeknya yang luar biasa.

Sebagai antisipasi kejadian ini tak berulang, Zulkarnain menyebut personel Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) akan menjadi inspektur upacara hari Senin di setiap sekolah.

"Dari sini akan diingatkan agar siswa tidak mem-bully teman sendiri karena bisa membuat malu dan merasa terasingkan. Setiap Senin, kegiatan ini akan dilakukan secara terus-menerus," ujar Zulkarnain.

Sebelumnya, siswi kelas 10 di salah satu SMA di Bangkinang berinisial ES menceburkan diri ke Sungai Kampar karena tertekan akibat perlakuan perisakan dari teman sekelasnya. Hal ini sudah diceritakan kepada keluarganya. Bahkan, perisakan oleh teman-temannya ini membuat korban tidak mau sekolah lagi.

Selain itu, ES juga meminta keluarganya mencari sekolah lain karena tidak tahan dirisak. Pihak keluarga sudah berencana mendatangi sekolah, tapi ES lebih dahulu bertindak nekat dan mengakhiri hidupnya.

Saksikan video menarik di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.