Sukses

Pembakar Lahan Gentayangan Lagi di Pulau Sumatera dan Kalimantan

Sejak memasuki musim kemarau, warga Palangka Raya mencium bau asap sejak subuh.

Liputan6.com, Palangka Raya - Sejak Rabu, 26 Juli 2017, kebakaran lahan gambut mulai terjadi di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Kalteng), seperti di Jalan Tjilik Riwut Km 18 dan Jalan Trans Kalimantan ruas Palangka Raya ke Banjarmasin, Kalsel. Diduga lahan sengaja dibakar warga untuk pembersihan lahan.

Kepala Seksi Kebakaran Balai Pengendalian Perubahan Iklim (PPI)  dan Kebakaran Hutan Lahan Kalteng, Arsud membenarkan pihaknya sejak dua hari lalu sudah memadamkan kebakaran di lahan gambut.

"Memang kalau di Kota Palangka Raya diduga 99 persen lahan gambut yang terbakar itu diduga sengaja dibakar oleh warga," ujarnya, Kamis, 27 Juli 2017.

Untuk mencegah kebakaran lahan semakin meluas, pihaknya terus menggencarkan patroli dan upaya pemadaman. "Kita akan patroli juga bersama-sama unsur terkait lainnya seperti TNI Polri dan instansi lainnya," katanya.

Ia juga menyebutkan kebakaran di lahan gambut kali ini masih bisa ditangani karena persediaan air masih ada dan lahan gambut yang terbakar baru di permukaan. Ia meminta warga tidak membakar karena kerugian akan dialami masyarakat sendiri.

"Kami saat ini sudah siap siaga di lapangan. Ketika ada laporan, kita akan langsung memadamkan agar tidak meluas," kata dia.

Sementara itu, Delis, warga Jalan Garuda Palangka Raya mengatakan, sudah hampir dua pekan ini Palangka Raya sudah tidak diguyur hujan sehingga suhu panas yang menyengat dirasakan baik siang maupun malam. Ia juga mengungkap setiap subuh, ia sudah mencium bau pembakaran lahan.

Ia berharap tahun ini tidak akan terjadi kebakaran lahan dan hutan di Kalteng. Bila bencana kabut asap berulang, ia memastikan anak-anak setempat yang paling menderita.

"Biasanya mereka akan terserang penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas). Karena itu, kami minta agar kepada pemerintah supaya segera diatasi," ujarnya.

Saksikan video menarik di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pembakar Lahan Kembali Gentayangan di Riau

Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) kembali menerpa Provinsi Riau seiring menipisnya curah hujan dan masuknya musim kemarau kering. Kebakaran dinyatakan terjadi secara masif di beberapa kabupaten, sehingga dalam beberapa hari saja sudah puluhan hektare lahan terbakar.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edwar Sanger, kebakaran dalam beberapa ini terjadi ‎Rokan Hilir, Bengkalis, Dumai, Meranti, Rokan Hulu, Pelalawan, Siak, dan Indragiri Hilir. Titik api muncul dan hilang secara bergantian di lokasi berbeda setiap harinya.

"Bahkan ‎dalam beberapa hari terakhir, titik-titik api dengan kebakaran hingga puluhan hektare terjadi di wilayah pesisir Riau, seperti Dumai dan Meranti. Hari ini Bengkalis juga tercatat 15 hektare," kata Edwar, Kamis petang, 27 Juli 2017.

Selama 2017, mantan Pejabat Wali Kota Pekanbaru itu menyebut Karhutla sudah menghanguskan 548,72 hektare lahan. Dia menyebut jumlah itu selalu bertambah seiring masih tingginya kebakaran yang terjadi.

"Hingga kini kami terus mengantisipasi kebakaran meluas menyusul masuknya musim kemarau," kata Edwar di Pekanbaru.

Dia menerangkan, Kabupaten Rokan Hilir merupakan wilayah dengan Karhutla terluas yang mencapai lebih dari 100 hektare. Akibat kebakaran di lokasi ini, Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin harus mengerahkan Korps Pasukan Khas Batalion 462 Pulanggeni untuk menangkap para pembakar.

Kini, pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah membantu Riau dengan mengerahkan lima pesawat helikopter pengebom air jenis Sikorsky, MI-171 dan MI-172. Helikopter itu menjadi andalan Pemerintah Riau yang tergabung dalam Satgas Karhutla dalam menanggulangi titik-titik api.

Sementara itu, Komandan Resor Militer 031 Wirabima, Brigjen TNI Abdul Karim menginstruksikan jajarannya untuk mengubah pola patroli pencegahan Karhutla di Provinsi Riau.

"Patroli kita ubah, (yang sebelumnya) dari pagi (diubah) menjadi sore sekitar pukul 15.00 WIB," katanya.

Perubahan pola patroli tersebut berdasarkan hasil penelusuran Brigjen TNI Abdul Karim terkait pola terjadinya Karhutla, yang menurutnya hal disengaja.

Komandan satuan tugas (Satgas) penanggulangan Karhutla Riau tersebut mengatakan, mayoritas kebakaran terjadi menjelang sore. Dia menilai, selama ini pembakar lahan kerap beraksi pada sore hari saat kegiatan patroli berakhir.

"Semoga dengan perubahan pola patroli ini Karhutla bisa ditanggulangi," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.