Sukses

Jejak Ritual Pemuda Pekalongan Jelang Naik Haji Jalan Kaki

Gus Khamim pernah menjalani puasa dan ritual lain selama bulan Ramadan, sejak pagi hingga larut malam, di Masjid Istiqlal, Jakarta.

Liputan6.com, Pekalongan - Kisah seorang pemuda asal Desa Rowokembu, Kecamatan Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Muhammad Khamim Setiawan (29), telah menginspirasi banyak orang. Ia naik haji jalan kaki dari rumahnya menuju Tanah Suci, yakni Kota Mekah di Arab Saudi.

Tak hanya kegigihan untuk naik haji jalan kaki, banyak pengalaman religius pemuda akrab disapa Gus Khamim itu yang dapat dijadikan pembelajaran. Terutama, bagaimana menunjukkan rasa cinta terhadap Allah SWT.

Sembilan bulan berjalan kaki melewati beberapa negara, Gus Khamim tentu saja sudah mengalami berbagai pengalaman yang cukup banyak. Tentu saja, suka-duka selama perjalanan naik haji jalan kaki itu menambah keimanan kepada Allah SWT.

Adapun perjalanan Gus Khamim menempuh jarak sekitar 13.800 kilometer dari Pekalongan-Mekah itu kemungkinan besar tercatat di dalam Museum Rekor Indonesia-Dunia (Muri).

Menurut ayah Khamim, Saofani Solichin, salah satu prinsip yang dipeguh teguh sang anak adalah berusaha tetap rendah diri. Selain itu, terus belajar kebaikan kepada orang tua atau orang yang memiliki ilmu lebih.

"Khamim memang anaknya sangat berpendirian teguh. Jika menurut dia baik dan itu bisa dilakukan kenapa tidak," ucap Saofani kepada Liputan6.com, seperti ditulis pada Selasa, 6 Juni 2017.

Saofani menjelaskan, sang anak juga selalu meminta petunjuk dan terus belajar kepada kiai, ulama ataupun habib sekalipun agar menjalani hidup dengan lurus.

Selama berjalan kaki menuju ke Mekah, Khamim selalu menyempatkan diri berhenti sejenak jika bertemu dengan para sahabatnya, kiai, ulama ataupun habib. Alasannya, bersilaturahmi dengan sesama makhluk ciptaan Allah itu untuk menjalin rasa persaudaraan antarsesama.

"Setiap kali Khamim bertemu oleh siapa pun, dia selalu menyempatkan diri untuk bersilaturahmi. Tapi tetap tidak mau kalau naik kendaraan menuju tempat tujuannya. Dan juga siapa pun yang ditemuinya juga ikut jalan kaki sampai ke tujuannya," dia menambahkan.

Saat bersilaturahmi, topik bahasan yang kerap dibicarakan Gus Khamim tidak jauh dari pembahasan ajaran agama yang dianutnya lebih dalam. Terutama bagi pemuda Pekalongan yang naik haji jalan kaki tersebut, pembahasan itu untuk saling menghormati dan menyayangi antarsesama.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hidup di Masjid Istiqlal Selama Ramadan

Bahkan di saat bulan Ramadan seperti saat ini, Gus Khamim biasanya tinggal dan menjalani ibadah puasa sebulan penuh di masjid yang dikehendaki sebelumnya. Pernah, menurut Saofani, sang anak sejak hari pertama bulan Ramadan hingga sehari menjelang Lebaran tinggal di Masjid Istiqlal Jakarta.

Sejak pagi hingga larut malam, Gus Khamim menjalani ibadah puasa secara penuh dan menjadi santri.

"Dulu pernah tinggal di Masjid Istiqlal, selama bulan Ramadan Khamim di sana. Katanya mau ibadah penuh dan agar mendapatkan pengalaman," kata Saofani Solichin, ayahanda Gus Khamim.

Sejak tiga tahun lalu atau setelah lulus kuliah, alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini selalu berpindah-pindah masjid yang ditinggalinya selama bulan Ramadan.

"Kata Khamim agar ibadahnya lebih dekat dan banyak alasan kenapa dirinya tinggal di masjid. Sepengetahuan saya, selain di Masjid Istiqlal, Khamim juga pernah puasa sebulan penuh di masjid di Banten dan Jawa Timur," kata Saofani.

Adapun informasi yang diterima Liputan6.com, Gus Khamim yang berhaji dengan jalan kaki masih berada di Uni Emirat Arab (UEA). Tak sampai 500 kilometer lagi, ia akan sampai di Tanah Suci, sekaligus mewujudkan cita-citanya menunaikan ibadah haji.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.