Sukses

Pagi, Kerukunan, dan Kebinekaan di Desa Pancasila

Para warga di Desa Pancasila saling menjaga toleransi meski berbeda keyakinan dan agama.

Liputan6.com, Lamongan - Desa Pancasila. Nama desa itu rasanya masih asing di telinga sebagian warga Kota Surabaya dan Jawa Timur. Suasana pagi di sini hampir sama dengan suasana pagi di desa lain. Namun di sejumlah aspek, begitu berbeda dengan desa-desa di daerah lain.

Desa Pancasila memang jadi julukan salah satu daerah di Lamongan, Jawa Timur. Tepatnya Desa Balun, yang terletak di Kecamatan Turi, Lamongan, Jawa Timur.Liputan6.com pun coba menyambangi Desa Pancasila itu. Perjalanan dimulai malam hari. Suasana malam di sepanjang jalan saat itu lengang. Bunyi-bunyi hewan malam jelas terdengar di kanan-kiri jalan, menambah keheningan malam itu.

Tiba di Desa Pancasila, suasana sejuk menyambut. Langsung segera perjalanan ini dilanjutkan dan berbincang dengan sejumlah warga setempat. Hal pertama yang dibincangkan adalah tentang nama Desa Pancasila yang disematkan pada Desa Balun.Penamaan Desa Pancasila sebenarnya berawal dari sepuluh tahun lalu. Saat itu, Desa Balun gencar digunakan untuk Kuliah Kerja Nyata (KKN) oleh sejumlah mahasiswa."Beberapa mahasiswa menyebutnya Desa Pancasila. Mungkin karena warga sekitar wellcome kepada mahasiswa itu dan sampai sekarang," kata Ketua Takmir Masjid Miftahul Huda, Suwito, kepada Liputan6.com, Kamis, 1 Juni 2017.Tak hanya sering digunakan sebagai proyek percontohan maupun lokasi KKN oleh mahasiswa, Desa Balun juga jadi lokasi Penataran untuk Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila (P4). "Desa in pernah menjadi semacam percontohan untuk pelaksanaan program pemerintah dan akhirnya hingga saat inilah Desa Balun disebut dengan sebutan Desa Pancasila," ucap Suwito merendah.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menara Wali Songo

Sementara itu, H. Khusairi, Kepala Desa Balun, mengatakan suasana di desa yang wilayah seluas 621,103 hektar ini guyub alias sangat rukun. Dalam artian, antarwarganya sudah menganggap satu sama lain seperti saudara sendiri.

Tak cuma itu, para warga juga saling menjaga toleransi di antara mereka. Sebab, di Desa Balun ini, warganya memeluk beberapa agama, misalnya Islam, Kristen, dan Hindu."Warga di sini masih menjaga kerja bakti, Mas, guyub rukun, dan saling toleransi kalau ada waktu ibadah. Karena di sini ada tiga kerukunan umat beragama, yakni Islam, Kristen, dan Hindu," ujar Khusairy.

Ya, di Desa Pancasila terdapat sejumlah bangunan ibadah yang jaraknya berdekatan. Misalnya Masjid Miftahul Huda. Masjid ini berdiri megah dengan arsitektur Timur Tengah dan kubah berwarna kuning hijau serta terdapat menara sembilan tingkat di sisi timur.Masjid Miftahul Huda tak berdiri sendiri. Di sebelah barat Desa Balun, terdapat Pura Sweta Mahasuci tempat ibadah umat beragama Hindu. Sementara di sebelah timur desa ada Gereja Kristen Jawi Wetan (GJKW) yang posisi berhadap-hadapan dengan Masjid Miftahul Huda.

Desa Balun memang merupakan desa yang menjaga betul toleransi dan kerukunan. Mereka saling bantu membantu meski berbeda keyakinan.Misalnya saja menara sembilan tingkat Miftahul Huda yang saat ini masih tahap pembangunan di bulan Ramadan ini. Menara itu nantinya akan dinamai Wali Songo. Hal itu tak lepas dari tinggi menara dengan sembilan tingkat yang menandakan sembilan wali Allah dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. "Ya masih dalam tahap pembangunan, Mas. Insya Allah bangunan tersebut akan kami namai menara Wali Songo, karena ini juga merupakan bagian dari wisata religi di Lamongan," ucap Suyoto.

3 dari 3 halaman

Jumat, Hari Libur Kerja

Desa Balun memiliki 10 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah warga sekitar 4.600 orang. Sebanyak 75 persen di antaranya memeluk agama Islam, 18 persen beragama Kristen, dan sisanya beragama Hindu.

Warga di Desa Pancasila Lamongan ini sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan petambak ikan.Jarak tempuh menuju Desa Pancasila dari Surabaya sekitar 43 kilometer, sementara dari Kota Gresik berjarak 14 kilometer.

Perjalanan dari Surabaya bisa ditempuh dengan waktu sekitar dua jam dengan sepeda motor. Dini hari itu Liputan6.com memasuki lokasi desa. Memasuki desa ini, perjalanan disambut dengan gapura dengan tulisan yang terpampang jelas "Selamat Datang Di Desa Pancasila Kecamatan Balun".

Ya, Jumat pagi sesampainya di Desa Balun suasana tampak sepi. Rupanya di sini, hari libur kerja memang jatuh pada hari Jumat, bukan minggu seperti pada umumnya."Di sini, Mas, kalau hari Jumat semua warga libur kerja, terutama untuk pembangunan menara ini," ujar Gampang (50), warga Desa Balun.

Sekali lagi, Desa Pancasila, benar-benar menonjolkan suasana harmonis dan rukun dan tanpa inteloransi, meski hidup dalam keragaman. Berbeda jauh dengan kehidupan masyarakat kota metropolitan yang cenderung egois dan mementingkan pribadi masing-masing.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.