Sukses

Geliat Komika 'Ngapak' di Kota Knalpot Saat Ramadan

Para komika ngapak dari Kota Knalpot itu memang rutin berkeliling dari kafe ke kafe.

Liputan6.com, Purbalingga - Suasana malam minggu di sebuah kafe yang ada di tengah Kota Purbalingga, Jawa Tengah bertambah ceria. Tawa pengunjung kafe seolah tak henti berderai menyaksikan aksi pelawak tunggal melemparkan banyolan. Begitulah suasana 'open mic' yang digelar oleh Komunitas Stand Up Comedy Purbalingga.

Para komika dari Kota Knalpot itu memang rutin berkeliling dari kafe ke kafe menggelar open mic yang diberi tajuk Stand Up Road To Cafe. Mereka mencoba materi baru, juga mengasah kemampuan melawak tunggal.

"Open mic sebagai ajang latihan kami tampil di depan umum, minimal melatih kepercayaan diri," kata Doni S, ketua komunitas tersebut, Minggu 28 Mei 2017.

Doni menambahkan komunitas yang sudah dua tahun berdiri itu dibentuk untuk menampung animo komika yang tumbuh subur di Purbalingga. "Yang suka stand up comedy banyak, akan tetapi mereka tidak mau muncul sehingga kami berinisiatif membentuk komunitas ini untuk mewadahinya," ujarnya.

Saat ini, anggota komunitas yang aktif berjumlah sekitar 20 orang. Mereka rutin bertemu untuk berlatih materi yang disebut dengan istilah Kombud. "Tidak hanya berlatih materi, juga untuk berbagi tentang beban hidup," ujar Doni sembari tertawa.
Para komika ngapak dari Kota Knalpot itu memang rutin berkeliling dari kafe ke kafe. (Liputan6.com/Gun ES).
Selain tampil di kafe, mereka juga mengikuti berbagai ajang lomba dan festival lawakan tunggal di berbagai kota. Tidak hanya tampil, para komika Purbalingga juga aktif memasyarakatkan seni lawak tunggal yang tengah naik daun itu. Diantaranya, dengan 'road show' ke sekolah-sekolah yang diberi tajuk SDS (Stand Up Di Sekolahmu).

"Anggota kita sebagian besar mahasiswa dan pelajar sehingga materinya lebih dekat ke mereka, selain lawakan kita juga mencoba meyisipkan pesan-pesan moral," ujar Doni.

Pada Bulan Ramadan ini, mereka juga menggelar acara khusus bertajuk Ramadan Tawa. "Bulan suci, selain beribadah juga kita harus tetap ceria," ujar Doni.

Sebab berasal dari Purbalingga, lawakan para komika itu kadang diselingi candaan dalam Bahasa Ngapak. Materinya pun tak jauh-jauh dari pengalaman hidup mereka sehari-hari.

Windika Dwi Meigizia, salah satu komika mengaku banyak mendapatkan manfaat positif dari komunitas tersebut. "Saya jadi banyak teman, juga lebih percaya diri dan kritis," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini