Sukses

Ada Doa untuk Riyanto Banser di Misa Natal Ini

Ada fenomena 'om telolet om'. Eh kemudian ada yang menyikapi berlebihan bahwa frasa 'om' identik dengan agama Hindu di Bali.

Liputan6.com, Semarang - Perayaan Natal di Gereja Stasi Fransiskus Xaverius, Prembun, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, menyajikan suasana yang berbeda. Dipimpin Romo Widyo Lestari MSC, umat Katolik di wilayah itu diajak secara khusus mendoakan Riyanto, sosok anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) yang tewas akibat ledakan bom pada saat tugas jaga di Gereja Eben Haezer, Mojokerto, Jawa Timur, pada 16 tahun silam.

Dalam pengantarnya, romo eksentrik berambut gondrong ini menyebutkan bahwa sosok Riyanto merupakan pejuang kemanusiaan sejati. Ia memang bertugas mengamankan perayaan Natal. Namun hakekatnya ia tidak sedang menjaga gereja atau menjaga umat yang berbeda agama merayakan hari besarnya.

"Almarhum Riyanto itu tampak fisik memang menjaga gereja. Namun sejatinya ia tengah menjaga keutuhan dan kebinekaan di Indonesia," kata Romo Widyo, Minggu (25/12/2016).

Ditambahkan Romo Widyo, apa yang dilakukan Riyanto sungguh jauh dari kepentingan pribadi atau bahkan kepentingan kelompok. Pencapaian spiritual Riyanto sudah jauh melampaui pemahaman teori-teori teologi. Apalagi Riyanto hanyalah seorang anggota Banser biasa.

Selain mendoakan secara pribadi, Romo Widyo juga mengajak umatnya untuk mendoakan Riyanto. Adapun nama Romo Widyo Lestariyanto MSC mulai dikenal publik saat ia memimpin Gereja Damai Kristus, Bukit Duri, Jakarta. Ketika itu ia selalu mendapat tekanan dari kelompok intoleran agar membubarkan umat dan gereja yang dipimpinnya.

Pastur yang berpenampilan metal pada hari-hari biasa ini akhirnya menjadi aktivis kebinekaan dan kerukunan umat beragama bersama beberapa kiai, aktivis, dan tokoh-tokoh lintas agama.

Kepada Liputan6.com, Romo Widyo berharap praktik-praktik intoleran di Indonesia bisa hilang seiring dengan meningkatnya pemahaman dan pendidikan warganya. Menurut dia, kadang kala sikap intoleran muncul akibat kurang bergaulnya seseorang.

"Misalnya yang terjadi saat ini. Ada fenomena 'om telolet om', eh kemudian ada yang menyikapi berlebihan bahwa frasa 'om' identik dengan agama Hindu di Bali. Yang seperti ini jangan di-bully. Kasihan dan doakan saja agar mendapat hidayah dari Allah," kata Romo Widyo.

Perayaan Natal di Gereja Stasi Fransiskus Xaverius, Prembun, Kabupaten Kebumen, berlangsung sangat sederhana. Tak berbeda dengan misa mingguan. Namun suasana kegembiraan dan kebahagiaan terlihat mendominasi. Yang pasti melalui sosok romo eksentrik asal Muntilan Magelang ini, umat diajak untuk menjaga kebinekaan dan menjaga kerukunan secara substansial.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.