Sukses

2 WNI Sandera Kelompok Bersenjata di Perairan Sabah Ternyata...

Lima orang bertopeng bersenjata langsung mencari kapten dan wakil kapten kapal saat menaiki kapal.

Liputan6.com, Majene - Kepolisian Daerah Sulawesi Barat (Polda Sulbar), tengah menyelidiki informasi dua Anak Buah Kapal (ABK) asal Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, yang disandera kelompok bersenjata di perairan Sabah, Malaysia. Dari data yang berhasil dihimpun Liputan6.com, dua Warga Negara Indonesia (WNI) itu berasal dari Provinsi Sulawesi Barat.

Keduanya adalah Saparudin (45) yang menjabat Kapten Kapal, warga asal Dusun Poniang, Desa Tallambalao, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene dan Sawal (45) yang menjabat sebagai Wakil Kapten, asal Dusun Poniang, Desa Tallubanua, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene. Keduanya bekerja di Kapal Tsam Kim Yuk milik perusahaan Malaysia.

Kabid Humas Polda Sulbar AKBP Mashura menerangkan, peristiwa penyanderaan dua WNI asal Sulbar ini terjadi Sabtu, 19 November 2016 di perairan Sabah Malaysia. "Benar keduanya merupakan warga Kabupaten Majene, Sulawesi Barat," kata Mashura kepada Liputan6.com, Senin, 21 November 2016.

Mashura menjelaskan penyanderaan keduanya terjadi ketika kapal yang berbendera Malaysia dan dinakhodai Saparuddin sedang lepas jangkar di perairan Sabah, Malaysia. Tiba-tiba, sebuah kapal menghadang dan sekitar lima orang bertopeng bersenjata menaiki kapal dan menanyakan keberadaan kapten kapal.

"Kelima perompak bersenjata itu langsung mencari sang kapten," ujar Mashura.

Akhirnya, lanjut Mashura, kelima perompak tadi menculik kapten dan wakilnya. "Padahal, dari infonya, kapal tersebut ada 20 lebih anak buah kapal," ucap dia.

Saat ini, kata Mashura, pihak Polres Majene telah menyelidiki dan menemui keluarga korban penyanderaan di Kabupaten Majene. Selain itu, pihak Polda Sulbar juga telah berkoordinasi dengan pihak Mabes Polri dan Kementerian Luar Negeri.

"Kita sudah kunjungi keluarganya, selain itu sudah ada koordinasi dengan Mabes Polri dan Menlu terkait penyanderaan WNI asal Sulbar ini," tutur Mashura.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.