Sukses

Bernanah dan Terluka, Anak Gajah Mati di Hutan Tanaman Industri

Anak gajah Sumatera itu sempat terjebak di embung atau lubang penuh air di areal hutan tanaman industri.

Liputan6.com, Pekanbaru - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Riau menyatakan satu anak gajah Sumatera mati di areal perkebunan hutan tanaman industri di Kabupaten Bengkalis, Riau.

"Gajah itu mati di HTI (hutan tanaman industri), bukan di kawasan konservasi," kata Kepala Bidang Teknis BBKSDA Riau, Fifian J Yogaswara, di Pekanbaru, dilansir Antara, Kamis, 8 September 2016.

Ia menjelaskan, tim lapangan BBKSDA Riau awalnya mendapat informasi anak gajah itu pada pukul 15.00 WIB, Rabu, 7 September 2016. Fifian mengatakan lokasi gajah tersebut berada di areal hutan tanaman industri PT Arara Abadi.

Saat ditemukan, gajah malang itu masih hidup dan berada di sebuah lubang penuh air hingga merendam setengah tubuh bongsornya.

"Kami sudah berusaha menolong, namun perlu waktu karena harus meminta bantuan dari LSM Vesswick di Medan dan tim dari Pekanbaru baru bisa berangkat Kamis pukul 08.00 pagi. Bahkan, gajah jinak juga kami siapkan untuk membantu, tapi ternyata gajah sudah terlanjur mati," ujar Fifian.

Fifian menduga kuat gajah itu merupakan kawanan dari Kawasan Suaka Margasatwa Balai Raja yang berbatasan dengan konsesi HTI Arara Abadi. Anak gajah terpisah dari induknya karena sakit.

"Gajah itu diduga mati karena sakit karena di tubuhnya terdapat banyak luka-luka akibat tusukan," ujar dia.

Namun, untuk memastikan penyebab kematiannya, Fifian mengatakan BBKSDA Riau perlu melakukan autopsi.

Sementara itu, Humas PT Arara Abadi, Nurul Huda mengatakan gajah liar tersebut diduga sebelumnya terluka karena diketahui ada bekas luka di daerah punggung yang sudah bernanah dan kakinya juga terluka.

"Dalam keadaan terluka gajah tersebut berusaha cari air dan menemukan embung air di lokasi perusahaan," ujar Nurul.

Menurut dia, tim BBKSDA bersama tim Arara Abdadi berusaha mengeluarkan gajah itu sambil mengeluarkan nanah dari luka di punggungnya. Namun karena kondisinya semakin lemah, gajah itu tidak tertolong lagi.

Ketika ditanyakan apakah embung itu dibuat perusahaan untuk lokasi gajah mendapatkan air, dia membantah. "Tidak, tapi untuk sumber air, salah satunya untuk menjaga kelembaban dan antisipasi sumber air pemadaman (kebakaran) dan lain-lain," ujar Nurul.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.