Sukses

Habis Curhat, Terbitlah Komposter Tenaga Surya

Komposter Tenaga Surya itu disebut mampu mempercepat proses pengomposan jadi kurang dari sebulan.

Liputan6.com, Surabaya - Berawal dari mendengarkan curhat petugas kebersihan tentang tumpukan sampah, dua orang dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Widya Mandala Surabaya (UKWMS) membentuk tim penelitian dengan mahasiswa membuat komposter tenaga surya. Alat tersebut terwujud setelah proses penelitian selama kurang lebih 10 bulan.

"Petugas kebersihan punya tugas yang berat, namun susah memperoleh pendapatan tambahan karena tidak punya waktu untuk menjalankan usaha lain. Dari sana, terbesit ide untuk membuat alat pengolah sampah organik menjadi kompos dengan tenaga surya dengan sistem elektrik yang bekerja otomatis," kata Andrew Joewono, dosen UKWMS, Kamis, 9 Juni 2016.

Dengan memanfaatkan tenaga surya, alat pembuat kompos itu tidak perlu ongkos listrik. Kelebihan lainnya, komposter tersebut tidak memerlukan banyak waktu dan dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan.

Andrew menerangkan, cara kerja komposter tenaga surya itu dimulai dengan memasukkan sampah organik ke dalam tabung pengolah dan dicampur dengan bakteri starter dan bulk agent secara merata. Sesudah tercampur dengan baik, proses pengomposan dimulai.

"Alat ditutup, dan setiap harinya diputar selama 5 menit dengan sistem elektrik otomatisnya. Dalam 5-7 hari, proses pengomposan akan mengalami proses puncaknya," tutur Andrew.

Ia menyatakan komposter rancangan timnya itu bisa mempercepat proses pengomposan hingga kurang dari sebulan. Komposter itu juga dapat digunakan untuk mengolah sampah organik di rumah-rumah susun atau perumahan karena tidak menimbulkan bau.

Alat ini bekerja dengan listrik yang bersumber dari solar panel yang mengolah energi cahaya matahari menjadi energi listrik yang disimpan dalam baterai. Solar panel yang digunakan jenis polikristalin, sehingga dengan cahaya matahari yang sedikit saja, sudah dapat menghasilkan listrik.

"Jadi dengan cuaca yang agak mendung sekalipun, maka alat ini masih dapat menyimpan energinya," kata Lanny Agustine, rekan Andrew.

Bersama dua orang mahasiswa yakni Pandyapratita Putra dan Alvian Nugraha, Lanny dan Andrew lantas berhasil meraih Juara III dalam ajang Lomba Teknologi Tepat Guna Tingkat Surabaya Tahun 2016 pada 31 Mei 2016 kemarin.

Harapan tim peneliti lokal ini tidak muluk-muluk. Mereka ingin masyarakat dapat memanfaatkan sistem peralatan ini dengan mudah, dikelola secara mandiri oleh kelompok rukun tetangga atau yang lebih besar.

Komposter tenaga surya bisa membantu menambah pendapatan warga dari mengolah sampah organik. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

"Sampah-sampah rumah tangga (organik) dapat dipergunakan kembali untuk kepentingan penghijauan di lingkungan tempat tinggal, dapat juga dipergunakan untuk memproduksi pupuk cair dan kompos yang bernilai jual (peningkatan ekonomi masyarakat)," ucap Pandya.

Tim Jurusan Teknik Elektro UKWMSS bermimpi komposter tenaga surya itu menjadi solusi hidup bersih dan ramah lingkungan tanpa membebani tempat tinggal dengan tempat penampungan sampah. Melalui alat itu, tim berharap warga tergerak memilah sampah dan mengolahnya kembali menjadi kompos.

Tim rencananya akan berlaga kembali dalam Gelar Teknologi Tepat Guna Tingkat Nasional pada November 2016 mendatang di Mataram.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.