Sukses

3 Kampung Ini Mendadak Diserang Ribuan Lalat

Ribuan lalat tersebut mampu hinggap di perkampungan warga hingga malam hari. Bahkan kebal dari semprotan obat anti serangga.

Liputan6.com, Cirebon- Sejumlah warga yang tinggal di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopiluhur, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon diserbu ribuan lalat hijau.

Serangga yang kerap berada di lingkungan kotor itu, menghinggapi sejumlah rumah penduduk. Tidak sedikit warga yang merasa risih dan jijik dengan serangan lalat itu.  

"Sudah dua hari. Tiba-tiba lalat - lalat itu makin banyak di perkampungan kami," sebut salah seorang warga Kampung Sumurwuni, Latifah (40), Kamis (25/2/2016).

Sejauh ini,dia coba mengusir lalat dengan apa adanya. Benda seperti buku, kipas menjadi media Latifa untuk mengusir lalat.

Baginya, keberadaan lalat ini sangat mengganggu. Terlebih, memasuki musim hujan, kondisi tanah di perkampungan yang basah sehingga sampah pun berserakan dimana-mana.


"Perkampungan kami memang tidak jauh dari TPA Kopiluhur. Kami sudah mengadukan keluhan ini melalui tokoh masyarakat ke TPA tapi sampai sekarang belum ada hasil. Lalat makin banyak," sebut Latifa.

Warga lain, Rominah, bahkan mengaku kondisi ini sampai membuat anaknya sakit diare. "Anak saya sampai sakit diare mas. Kalau mau berobat juga aksesnya jauh," keluh Rominah.

Dia mengaku sudah berupaya melakukan berbagai cara mencegah serangan lalat di kampungnya. Namun, tak ada hasil memuaskan, bahkan cenderung semakin banyak.

Bahkan, lalat tersebut mampu hinggap di perkampungan warga hingga malam hari.

"Yang risih kan kalau sudah Maghrib kok masih ada lalat. Lantai rumah sudah kami bersihkan tapi tetap saja masih ada lalat. Disemprot (obat anti serangga) tidak mempan," ujarnya.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cirebon, Taufan Bharata mengakui beberapa wilayah di kawasan TPA Kopiluhur terserang lalat.

"Ada tiga kampung yakni Surapandan, Kopiluhur, Kampung Sumurwuni," ujar Taufan.

Dia mengatakan musim hujan dan meningkatnya volume sampah menjadi salah satu sarang kesukaan lalat.

Pihaknya mengaku sudah meminimalisir dampak pengelolaan sampah TPA Kopiluhur melalui sanitary renfile.

Namun, upaya tersebut masih terkendala di lapangan. Khususnya para pemulung yang mengais rejeki dari TPA Kopiluhur.

"Khususnya untuk sampah yang baru masuk TPA Kopiluhur harusnya langsung ditimbun sama tanah alias Sanitary renfile tapi tidak bisa karena sampah datang Pemulung langsung mengorek sampah," kata Taufan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini