Sukses

Korban Kecelakaan Kereta Spanyol: Seperti Roller Coaster

Ledakan keras terdengar, suara kereta cepat yang menghantam tembok beton.

Kereta cepat 13 gerbong yang mengangkut lebih dari 200 penumpang tergelincir keluar rel di sebuah kelokan di dekat Kota Santiago de Compostela, Rabu 24 Juli 2013. Akibatnya maut, 80 orang tewas, lebih dari 100 lainnya cidera. Ini adalah kecelakaan kereta terparah selama beberapa tahun terakhir di Spanyol, bahkan Eropa.

Di dalam kereta yang melaju kencang itu ada Elder Stephen Ward (18). Saat itu, pengikut Mormon dari Bountiful, Utah itu sedang dalam perjalanan menuju sebuah kota di Spanyol, di mana ia berencana untuk memulai kegiatan misionarisnya.

"Kami telah melalui kelokan tajam, kemudian ke kelokan yang lebih tajam. Kereta seakan terangkat," kata dia seperti dimuat CNN, Jumat (26/7/2013). "Terangkat ke samping, rasanya seperti roller coaster."

Selama beberapa detik, Ward berpikir, "Ini sangat aneh."

Penumpang lain yang ada di sekelilingnya juga merasa heran, tapi tak ada yang menduga itu akan berakhir maut. Lalu, roda kereta tergelincir dari rel. Ward terlempar dari kursinya, lalu gelap. Ward yang semenit lalu masih menulis dalam jurnalnya, berlumuran darah.

Saat terbangun, Ward mengira ia sedang bermimpi. "Yang pertama ia lihat adalah lingkaran kecil cahaya dari pintu kereta," kata dia.

Seseorang menolongnya keluar. Foto yang diambil dari Tempat Kejadian Perkara (TKP) menunjukkan dia bersandar pada seorang anggota polisi, saat berjalan di samping rel. Darah mengalir di wajahnya, menetes hingga ke bajunya yang putih.

Ia juga berjalan melewati jasad-jasad yang bergelimpangan di tanah. Mirip suasana di neraka. Saat melihat petugas mengangkut mereka yang tewas dan terluka parah, Ward menangis. Bibirnya lalu melantunkan himne gereja, untuk menenangkan dirinya.

Ward keluar dari rumah sakit pada hari Kamis. Menggunakan penyangga leher, karena retak di tulang belakangnya. Ada memar besar di kakinya.  "Aku bersyukur masih hidup. Aku akan melanjutkan misiku. Sebab, aku yakin, ada alasan Tuhan masih mengizinkan aku hidup."

Ledakan Keras

Matahari belum lagi terbenam di barat laut Spanyol kala itu. Ledakan keras terdengar, suara kereta cepat yang menghantam tembok beton. Orang-orang di sekitarnya langsung berlarian ke lokasi, bahkan sebelum polisi dan petugas keamanan tiba.

Salah satunya, seorang pria yang sedang mengurus kuda. Ia mendengar keributan dan melihat kepulan asap hitam. Saat mengetahui apa yang terjadi, ia menelepon polisi.

Ia lalu bergabung dengan orang-orang lainnya membantu mengevakuasi penumpang dari gerbong kereta yang rusak. "Orang-orang meninggal, lainnya berteriak kesakitan," kata dia.

Sementara, pria kedua mengatakan, suara ledakan bahkan membuat mobilnya bergetar. Ia melihat para penumpang mengeluarkan anak-anak mereka, sementara para pengemudi menghentikan kendaraan mereka, membawa selimut dari air ke lokasi kejadian. "Tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan apa yang kulihat. Aku sangat trauma," kata dia.

Kerabat penumpang yang cemas menanti pengumuman korban tewas dalam tragedi ini. Beberapa di antaranya meminta bantuan lewat media sosial, untuk menemukan orang-orang yang mereka cintai.

"Tolong, saya putus asa," tulis seorang perempuan menanyakan tentang tiga gadis yang hilang. Jawaban yang datang bagai petir di siang bolong. Ketiganya dipastikan tewas.

Sementara seorang pria, yang tampaknya putus asa, kalut , berlari menuju kereta yang hancur, mengabaikan peluit polisi dan panggilan untuk berhenti. Spanyol sedang berduka. (Ein/Ism)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini