Sukses

Masjid Cikoneng Manuntung, Saksi Bisu Penyebaran Islam di Tanah Pandeglang Banten

Masjid Cikoneng di Kampung Manungtung Desa Cilaban Bulan, Kecamatan Menes, Banten, merupakan bangunan yang sarat nilai-nilai sejarah.

Liputan6.com, Banten - Masjid Cikoneng di Kampung Manungtung Desa Cilaban Bulan, Kecamatan Menes, Banten, merupakan bangunan yang sarat nilai-nilai sejarah. Masjid tua itu menjadi tempat penyebaran Islam di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Cikoneng, Ustad Abdul Hakim (63) Desa Cilaban Bulan, Menes, Pandeglang, Senin (11/4/2022) mengatakan, dahulu Masjid Cikoneng juga menjadi sasaran penembakan pasukan Belanda pada agresi kedua tahun 1948, namun beruntung jemaah shalat subuh ketika itu tidak ada korban jiwa setelah menyelamatkan diri dengan melompati jendela.

Masyarakat di sini tidak ada lagi yang mengetahui sejarah pembangunan Masjid Cikoneng Manungtung itu, karena sesepuh atau tetua warga sudah banyak yang meninggal dunia.

Namun berdasarkan pengakuan tokoh masyarakat, masjid yang masih terawat hingga saat ini. Masjid Cikoneng Manuntung sendiri dibangun sekitar 1888 atau setelah dibangun Masjid AS- Syafie Syech Asnawi Caringin Labuan 1887 atau empat tahun usai Gunung Krakatau erupsi.

Sebelum sepekan memasuki Ramadhan, warga secara gotong-royong melakukan pembersihan, pengecetan dan pemasangan karpet di ruangan masjid. Kondisi masjid yang sudah berusia 100 tahun dengan menampung 400 orang itu hanya beberapa bagian yang dilakukan pemugaran oleh warga setempat, seperti tempat wudhu, toilet, dinding ditempel keramik, pintu dan pemasangan pintu jendela.

Sedangkan bagian ruang tengah masjid dengan empat tiang kayu penyanggah masih utuh tanpa perbaikan, termasuk tongkat, juga ruangan depan untuk musyawarah. Begitu juga beduk dan tongtong sebagai tanda memulai shalat juga masih bertahan dan belum mengalami kerusakan.

Selama ini, kata dia, Masjid Cikoneng Manungtung itu belum tercatat sebagai cagar budaya yang dilindungi Pemerintah Provinsi Banten. Padahal, kata dia, keberadaan masjid itu memiliki sejarah panjang penyebaran agama Islam, karena dulu banyak jamaah dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Pandeglang saat Ramadhan dan Shalat Jumat, mereka berjalan kaki hingga seharian. Mereka jemaah itu datang dari Pulosari, Mandalawangi, Sodong, Saketi, Cipecang hingga Pandeglang.

"Kami berharap masjid itu segera dilindungi cagar budaya untuk menjaga kelestarian," kata Abdul Hakim dikutip Antara.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Momen Ramadhan

Momen Ramadhan tahun ini Masjid Cikoneng Manungtung juga ramai untuk kegiatan pengajian Al-Qur'an (mikra), diskusi dan dakwah juga buka puasa bersama dengan menyediakan takjil.

Mereka peserta kegiatan ibadah Ramadhan, selain warga setempat juga terdapat santri salah satu pondok pesantren di daerah itu.

"Kami lebih meramaikan masjid di bulan suci Ramadhan yang penuh ampunan Allah SWT, " ujarnya menjelaskan.

Sementara itu, Sakranah (78) warga Manungtung Menes Kabupaten Pandeglang mengaku dirinya sejak kecil pembangunan Masjid Cikoneng sudah berdiri. Bahkan, dirinya saat pasukan Belanda tengah mencari ulama menembaki jamaah yang sedang shalat subuh di Masjid Cikoneng itu mengetahui dari bunyi rentetan peluru.

Kejadian itu, kata dia, dirinya masih kanak-kanak dan cukup teringat. "Kami sebagai warga asli pribumi Manungtung yang rumahnya tidak jauh dengan Masjid Cikoneng sama sekali tidak mengetahui pembangunan masjid itu, sebab sebelum lahir masjid itu sudah ada," kata Sakranah yang menyatakan memiliki puluhan cucu dan cicit.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.