Sukses

Anak Belajar Puasa, Dokter: Jangan Pernah Bandingkan dengan Saudaranya

Dokter menekankan agar orangtua jangan membanding-bandingkan anak dengan saudara-saudaranya dalam hal berlatih puasa.

Liputan6.com, Jakarta - Prof Dr dr Aryono Hendarto, SpA(K) dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokter Universitas Indonesia mengatakan, sebagai langkah awal persiapan anak berpuasa, orangtua bisa mengajari arti puasa melalui buku atau artikel di media daring.

Selain itu, Aryono menekankan agar orangtua jangan membanding-bandingkan anak dengan saudara-saudaranya dalam hal berlatih puasa.

“Kemudian yang paling penting menjelaskan mengenai tujuan dan makna puasa dan perlu diingat oleh bapak ibu sekalian, jangan pernah membanding-bandingkan anak dengan anak yang lain bahkan dengan saudara-saudaranya,” ujar Aryono dalam diskusi daring Medicine UI ditulis Jumat (7/5/2021).

Pembandingan satu anak dengan anak lain perlu dihindari karena anak memiliki keunikan masing-masing, lanjutnya. Setiap anak memiliki proses tumbuh kembang dan respons yang spesifik.

“Tidak semua anak memiliki kesiapan yang sama, jangan paksa anak untuk puasa hanya karena teman sebaya sudah mulai puasa.”

Bagi anak yang belum siap puasa, maka orangtua dapat mengarahkannya untuk melakukan ibadah lain di bulan Ramadan.

“Bagi anak yang belum siap puasa, ajari cara-cara lain untuk memaknai bulan suci Ramadan,” katanya.

 

 

Simak Juga Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Biasakan Anak Bangun di Waktu Sahur

Latihan puasa pada anak dapat dimulai dengan berbagai cara. Salah satunya dengan membiasakan anak bangun di waktu sahur sekadar untuk minum atau makan sedikit kemudian tidur lagi.

Selain itu, orangtua dapat melatih anak berpuasa dengan memperlambat waktu sarapan. Misal anak biasanya sarapan pukul 6, maka di bulan puasa anak bisa sarapan di pukul 7 atau 8.

Cara berikutnya adalah tidak menyantap sarapan sama sekali. Namun, waktu makan siang bisa dipercepat. Misal, makan siang biasanya pukul 12, di saat latihan puasa, anak bisa makan siang pukul 11 atau 10 karena sebelumnya ia tidak menyantap sarapan.

“Bila sudah terbiasa dapat mulai belajar puasa dengan puasa beberapa jam sekitar 3 sampai 5 jam, kemudian meningkat setengah hari dan pada akhirnya mampu puasa penuh waktu.”

Bagi anak yang baru pertama kali puasa, orangtua perlu memberi perhatian khusus dari aspek kesehatan anak, tingkat aktivitas fisik, toleransi terhadap lapar, dan frekuensi makan. 

 

(Ade Nasihudin) 

3 dari 3 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.