Sukses

Jelang Lebaran, Simak Cara Atasi Nafsu Belanja Online

Jelang perayaan Lebaran, setiap orang banyak punya keinginan untuk belanja online

Liputan6.com, Jakarta Baik Anda belanja online menginginkan sweter, makanan, tempat menginap, bahkan tumpangan semuanya ada di ujung jari Anda saat ini jelang Lebaran. Penelitian menunjukkan bahwa itu berarti Anda tidak terlalu memikirkan uang yang Anda belanjakan saat mengetuk aplikasi untuk membeli.

Statistik Cyber Monday dari Adobe menegaskan bahwa di tahun 2016, pengeluaran melalui seluler melonjak 48 persen dari tahun ke tahun menjadi USD 1,19 miliar.

Jadi, meskipun ponsel cerdas Anda memiliki kemampuan yang membantu untuk menawarkan penawaran menarik, menyimpan barang pada keranjang belanja, dan menyimpan informasi pembayaran Anda, teknologi yang sama ini telah membuat Anda jauh lebih rentan terhadap hobi belanja.

Mengutip CNBC, Minggu (9/5/2021), berikut adalah tiga tips utama untuk mengendalikan keinginan diri saat berhadapan dengan kebiasaan belanja online.

1. Kendalikan Psikologi

Mengetahui bagaimana dan kapan kita siap untuk berbelanja akan memberi kita bekal untuk dapat berpikir dua kali sebelum melakukannya. 

Martin Lindstrom, penulis Small Data, mengatakan bahwa berbelanja seringkali sangat didorong oleh dorongan impulsif.

"Saya semakin sering membuat keputusan di ponsel berdasarkan dimana saya berada, bukan apa yang saya butuhkan," kata Lindstrom.

Dia berkata karena kita terus dipengaruhi berdasarkan apa yang ada di sekitar kita dan lebih merencanakan beberapa menit ke depan dibandingkan hari.

"Psikologi belanja seluler pada dasarnya adalah Anda membeli sesuatu berdasarkan pola suasana hati Anda saat ini," tambah Lindstrom.

Penting untuk menyadari fakta bahwa ponsel pintar Anda memiliki kemampuan untuk melacak pola pengeluaran dan keinginan Anda. Teknologi ini, yang membuat hal-hal yang baru saja Anda jelajahi muncul di jendela berikutnya siap untuk dibeli dan membuat Anda jauh lebih rentan terhadap pembelanjaan.

Misalnya, jika Anda sedang diet, dan kue cokelat mulai bermunculan dimana-mana di sekitar Anda, kemungkinan besar Anda akan segera gagal menjalankan diet, kata Lindstrom.

Untungnya, hal itu biasanya tidak terjadi, tetapi ketika ponsel mengingatkan Anda melalui gambar demi gambar bahwa Anda baru saja meninggalkan pakaian yang indah atau sepasang tiket bioskop, itu dapat membebani pikiran.

Menurut Lindstrom, teknologi seperti ini berarti 7 hingga 10 persen orang dapat lebih mungkin untuk membeli daripada sebelumnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

2. Tetapkan Batasan

Saat ini, kita cenderung mengambil setiap momen yang "tidak produktif" dan mengisinya dengan beralih ke smartphone sehingga kita tidak merasa bosan. Tapi itu belum tentu bagus, kata Lindstrom.

“Kita perlu [membuat] janji dengan telepon kita [atau sebaliknya menjauhi mereka],” katanya.

Pengeluaran akan melepaskan neurotransmitter atau dopamin di otak yang membuat kita merasa bahagia dan menyenangkan pusat penghargaan di otak kita. 

“Tetapi masalahnya adalah, jika saya memiliki ponsel di saku, saya kemungkinan besar akan mengeluarkan uang,” imbuh Lindstrom.

Sebaiknya batasi diri Anda dengan menggunakan ponsel dalam interval tertentu atau, dalam beberapa kasus, mematikan data. Atau pertimbangkan untuk menyetel pengatur waktu untuk jangka waktu tertentu di telepon sehingga Anda tidak terbawa suasana, kata Dr. Jane Thomas, profesor pemasaran di Universitas Winthrop.

3. Tunggu 24 Jam

Pelaku terus mengumpulkan data tentang Anda. Jadi masuk akal bahwa, saat berbelanja, mudah untuk menjadi korban tidak hanya untuk pembelian impulsif, tetapi juga untuk penjualan tambahan, seperti membeli kaus kaki ketika awalnya hanya ingin membeli sepatu.

“Sangat mudah, sekali lagi terutama di perangkat seluler Anda cukup mengeklik dan meletakkannya di sana,” kata Thomas.

Perangi keduanya dengan meninggalkan barang di keranjang belanja online selama 24 jam. Hal pertama yang terjadi saat Anda melakukan ini adalah aktivitas dopamin di otak Anda menurun, yang berarti Anda cenderung tidak membeli barang tersebut setelah 24 jam. 

Ini akan membantu mengurangi pembelian impulsif. Hal kedua? Seringkali, pelaku usaha menjadi panik, karena mereka tahu Anda bisa jadi tidak membeli barang setelah 24 jam. 

Jangan heran jika Anda menerima kupon atau diskon sebagai upaya terakhir mereka untuk meyakinkan Anda dan tentu hal tersebut akan lebih menguntungkan apabila Anda pada akhirnya menyadari bahwa Anda benar-benar membutuhkan barang tersebut dan berakhir membelinya.

Reporter: Priscilla Dewi Kirana

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini