Sukses

Inilah Keutamaan Iktikaf di Bulan Ramadhan

Melaksanakan ibadah iktikaf di bulan Ramadhan memiliki tujuan yang mulia lantaran untuk meraih malam lailatul qadar.

Liputan6.com, Jakarta Bulan Ramadhan dalam hitungan hari akan segera berakhir. Bagi seluruh umat Islam dianjurkan untuk memanfaatkan waktu 10 hari terakhir untuk melakukan iktikaf.

Amalan sunah iktikaf memiliki arti berhenti atau berdiam diri di masjid dengan niat semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT.

Amalan ini dapat dilakukan kapan saja dan hukumnya sunah. Namun, dianjurkan untuk dilakukan pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Hal ini sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah SAW tercantum dalam sebuah hadis:

Dari Ubay bin Ka’ab dan A’isyah, Rasulullah SAW beriktikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, hingga Allah menjemputnya (wafat).

Iktikaf dilakukan dengan cara melakukan ibadah di masjid dengan bermuhasabah, introspeksi diri, membaca Alquran, berzikir, dan hal lainnya yang dapat mendakatkan diri kepada Allah SWT.

Melakukan iktikaf di masjid pada malam hari merupakan sebuah harapan dan semangat dalam upaya menunggu turunnya lailatul qadar. Hal ini dikarenakan iktikaf salah satu keutamaan malam lailatul qadar.

Iktikaf menjadi salah satu amalan sunah di bulan suci Ramadhan yang memiliki banyak keutamaan. Terlebih kita melakukannya dengan khusyuk untuk beribadah dan berdoa kepada Allah SWT tanpa gangguan. Berikut keutamaan iktikaf di bulan suci Ramadhan:

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Meraih Malam Lailatul Qadar

Melaksanakan ibadah iktikaf memiliki tujuan yang mulia lantaran untuk meraih malam lailatul qadar. Salah satu keutamaan malam lailatul qadar yaitu apabila dilakukan akan lebih baik dari pada 1000 bulan.

Hal ini dijelaskan dalam hadis yang disebutkan oleh Ibnu Hajar Al Al Asqolani dalam kitab beliau Bulughul Marom, yaitu hadis no. 699 tentang permasalahan iktikaf.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ:- أَنَّ اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beritikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau di wafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beritikaf setelah beliau wafat. Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari dan Muslim)

 

3 dari 6 halaman

2. Dapat Pahala Setiap Waktu

Setiap waktu kita melakukan iktikaf dengan berdiam diri dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT, maka kita akan mendapatkan pahala.

Pahala dapat kita raih saat terjaga dari tidur mengisi waktu dengan melakukan ibadah sholat, tilawah, zikir, berdoa, bermunajat, tadabbur, tafakkur atau mengkaji ilmu.

Tak hanya itu, bahkan dalam kondisi tidur pun orang-orang yang beriktikaf akan mendapatkan pahala yang besar dikarenakan tidurnya termasuk rangkaian iktikaf dan tidak bisa didapatkan oleh orang-orang yang yang tidur di rumah.

 

4 dari 6 halaman

3. Melaksanakan Sunah Rasulullah

Iktikaf yang dilaksanakan pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan merupakan salah satu anjuran sunah Rasulullah SAW.

Ibadah iktikaf ini tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah. Bahkan, sebelum wafat pun Rasulullah tetap melakukan iktikaf selama 20 hari.

Hal ini juga dilakukan oleh istri Rasulullah dan para sahabat Nabi. Mereka melakukan iktikaf di 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan. Setelah Rasulullah meninggal, para istri juga melakukan iktikaf 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan.

 

5 dari 6 halaman

4. Meningkatkan Ketekunan Ibadah

Ketika melakukan iktikaf, kita akan berdiam diri di masjid bersama orang-orang yang khusyuk dalam melakukan ibadah. Selama itu, kita akan fokus pada ibadah kepada Allah SWT bukan berfokus pada masalah duniawi.

Oleh karena itu, iktikaf dapat membantu kita dalam melaksanakan ibadah lainnya agar tetap khusyuk.

 

6 dari 6 halaman

5. Introspeksi Diri

Introspeksi diri menjadi hal yang akan sulit dilakukan walaupun terhadap diri sendiri. Sebaliknya, akan sangat mudah ketika kita menilai orang lain. Introspeksi diri ini dapat menjadi pegangan yang membawa kita untuk mencapai hikmah dari perbaikan diri.

Tanpa melakukan introspeksi diri, manusia akan terjebak dan tersesat karena hanya terbawa oleh hawa nafsu pribadi. Iktikaf menjadi hal yang dapat membantu kita untuk mengintospeksi diri. Apabila melakukan iktikaf, kita akan berfokus pada diri sendiri dan menjauhi sifat sombong.

 

Cinta Islamiwati

 

Sumber: Merdeka

Reporter: Novi Fuji Astuti

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.