Sukses

Tradisi Unik Koko'o Sahur Ramadan Kembali Digelar di Kota Gorontalo

Sudah menjadi agenda tahunan, warga Kota Gorontalo kembali menggelar tradisi unik dalam membangunkan sahur. Tradisi tersebut dinamakan Koko'o Sahur.

Liputan6.com, Gorontalo - - Sudah menjadi agenda tahunan, warga Kota Gorontalo kembali menggelar tradisi unik dalam membangunkan sahur. Tradisi tersebut dinamakan Koko'o Sahur.

Ratusan warga mulai dari anak-anak hingga orang tua berjalan kaki sambil memegang kentongan bambu untuk membangunkan warga dengan berkeliling.

Kata Koko'o Sahur dalam bahasa Gorontalo yang artinya Ketuk Sahur. Mereka memukul kentongan yang terbuat dari bambu secara bersama-sama sambil berkeliling kampung.

Tidak hanya warga Kecamatan Talumolo, arak-arakan ini juga banyak diikuti oleh mereka yang berasal dari berbagai kecamatan yang tersebar di Kota Gorontalo.

Moh Aldiano Aprilio Kaeng, seorang warga menjelaskan, kegiatan ini sudah menjadi tradisi yang turun temurun, yang awalnya Koko'o Sahur dilakukan hanya secara tradisional. Namun, seiring berjalannya waktu kini Koko'o Sahur banyak dinantikan masyarakat.

"Koko'o ini resmi dimulai sekitar 7 tahun silam, sebelumnya alat yang dipakai untuk membangunkan sahur yakni alat dapur seperti dandang, panci, dan alat masak lainnya," kata Aldiano.

"Seiring berjalanya waktu, warga mulai gunakan gentongan dan soud sistem dan drum band," tuturnya.

Simak juga video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gunakan Alat Dapur

 

Aldiano mengaku, selain membangunkan masyarakat untuk sahur, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk membangun kebersamaan dan silaturahmi antar warga.

"Banyak juga dari daerah laian mengikuti semarak ketuk sahur ini, bisa jadi sebagai kegiatan ini sebagai ajang silaturahmi," ujarnya.

Kegiatan koko'o sendiri dilakukan antara pukul 02.00 malam hingga 03.00 Wita dengan rute dari depan Rumah Dinas Wali Kota Gorontalo sampai di lapangan Taruna Remaja.

"Kegiatan ini dilaksanakan, selama 30 hari di bulan Ramadan, Meski banyak yang ikut tradisi ini, kami tetap laksankan protokol kesehatan," tutur Aldiano

"Memang tahun kemarin kegiatan koko'o tidak dilaksanakan dikarenakan Gorontalo kala itu PSBB, akhirnya tahun ini kita laksanakan dan banyak yang ikut," ia menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.