Sukses

Asalkan Memungkinkan, Pasien COVID-19 Gejala Ringan dan OTG Boleh Puasa Ramadhan

Pasien COVID-19 dengan gejala ringan atau tanpa gejala (OTG) tidak dilarang menjalankan puasa Ramadhan, asalkan kondisinya masih memungkinkan.

Liputan6.com, Jakarta - Pasien COVID-19 dengan gejala ringan atau tanpa gejala (OTG) tidak dilarang menjalankan puasa Ramadhan, asalkan kondisinya masih memungkinkan. Hal tersebut disampaikan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Junior Doctor Network (JDN) Vito A Damay.

"Setahu saya, kalau pasien COVID-19 masih memungkinkan untuk berpuasa, tidak dilarang berpuasa apalagi kalau tanpa gejala (OTG) dan bergejala ringan," ujarnya dalam diskusi daring, seperti dilansir Antara.

Dalam kesempatan yang sama, pakar gizi klinik Putri Sakti dari Universitas Indonesia menyarankan, pasien berkonsultasi dulu ke dokter guna memastikan kondisinya memungkinkan berpuasa atau tidak.

Menurutnya, pasien terutama yang dalam masa pemulihan cenderung tidak bisa menyeimbangkan antara asupan makanan dan kebutuhan mereka, sehingga bisa memperburuk kondiri.

Jadi, apabila setelah konsultasi dengan dokter diketahui kondisi tidak memungkinkan, pasien bisa mengganti puasa di bulan lain saat telah pulih.

"Orang sedang sakit butuh recovery, metabolismenya lebih tinggi sedangkan mereka ini konsumsi makanannya tidak bisa bagus apalagi yang (kondisi sakit COVID-19 berat), jadi dari segi asupan dan kebutuhannya enggak balance, malah bisa memperburuk kondisi mereka. Di Islam diperbolehkan kalau kondisi tidak memungkinkan berpuasa diganti di hari lain ketika kondisinya sudah membaik. Konsultasikan dulu dengan dokter," kata Putri.

 

Simak Juga Video Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cukupi Kebutuhan Makan Selama Pemulihan

Selama masa pemulihan, Putri menyarankan pasien mencukupi kebutuhan makanan mereka mulai dari memperbanyak protein nabati dan hewani rendah lemak, memvariasikan hidangan sayur dan buah agar bisa mendapatkan vitamin, mineral dan antioksidan yang juga bervariasi.

Dan menurutnya, bila merasa asupan tidak bisa optimal boleh mempertimbangkan suplemen. "Tetapi tidak boleh single dosis kecuali vitamin D (Orang Indonesia 90 persen ada gangguan genetik jadi boleh misalkan ditambah vitamin D1000 unit). Sementara vitamin lain tidak perlu single dosis kecuali dokter menyarankan," jelasnya.

 

3 dari 3 halaman

Infografis

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.