Sukses

Negara-Negara Arab Beradaptasi Masuki Bulan Ramadhan di Masa Pandemi COVID-19

Otoritas negara Muslim yakni negara-negara Arab melakukan adaptasi dalam memasuki bulan Ramadhan selama masa pandemi COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Bulan Ramadhan telah dimulai sejak Selasa (13/4) bagi mayoritas negara di dunia. Masih sama seperti tahun lalu, bulan Ramadhan pada tahun ini terpaksa harus dijalankan selama masa pandemi COVID-19

Di tengah kerinduan umat Muslim akan bulan Ramadhan, pandemi COVID-19 masih membayang-bayangi. Momen kekeluargaan yang ditunggu-tunggu terpaksa harus kembali ditahan demi melindungi sanak saudara dan kerabat tercinta.

Melansir DW, Rabu (14/4/2021), dalam masa pandemi COVID-19, umat Muslim di seluruh dunia harus beradaptasi dalam memasuki bulan Ramadhan. 

Tak terkecuali bagi umat Muslim di negara-negara Arab. 

Demi mengekang jumlah infeksi, sebagian besar negara telah mengurangi jumlah pengunjung masjid hingga 20-30% dari kapasitas biasanya. Selain itu, aturan memakai masker juga telah menjadi kewajiban. 

Untuk menghindari pertemuan di luar masjid, makanan sahur dan buka puasa, yang sering dibagikan di tenda-tenda umum Ramadhan, dilarang di seluruh wilayah.

Ini akan sangat mempengaruhi orang-orang yang membutuhkan, yang sering menikmati makan gratis saat berbuka puasa. Beberapa negara, seperti Uni Emirat Arab, telah berjanji untuk mengatur pengiriman makanan buka puasa untuk orang-orang miskin.

Konsensus di antara otoritas agama adalah bahwa sholat di rumah adalah pilihan teraman selama bulan Ramadhan.

 

Simak Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Doa secara Online

Selain itu, aturan untuk melakukan doa selama bulan Ramadhan juga harus disesuaikan. 

"Dalam Islam, sholat memiliki dua bagian. Bagian pertama adalah pengajaran dan dakwah oleh imam sementara orang-orang beriman mendengarkan," Sheikh Mohammed Abu Zaid, ketua Pengadilan Sunni dan imam masjid terbesar di kota Saida, Lebanon, kepada DW. 

“Bagian ini bisa dilakukan secara online,” ujarnya. Namun, bagian kedua, dengan orang-orang percaya yang berdoa bersama dan melakukan pertemuan ritual, "tidak dapat dilakukan secara online atau dari tempat yang jauh."

Mansour Ali, seorang dosen studi Islam di Universitas Cardiff, mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa mayoritas ulama "menyangkal keabsahan segala bentuk shalat berjamaah virtual." 

Alasan utamanya adalah bahwa jamaah diharuskan diadakan di ruang fisik yang sama dengan imam, atau pemimpin sholat.

Ulama di Mesir dan Arab Saudi setuju dengan perbedaan ini dan telah mengeluarkan fatwa, atau putusan agama, yang menyatakan bahwa sholat berjamaah online tidak sah. Solusi mereka adalah "berdoa di rumah dengan orang yang mereka cintai." Pada gilirannya, banyak sekali video dan panduan cara melakukan yang telah dipublikasikan secara online.

Di Iran, doa, pidato, dan pembacaan Alquran disebarluaskan dalam siaran langsung melalui media sosial, dan bahkan pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei, mengadakan pembacaan Alquran tahunannya melalui konferensi video.

Kementerian Wakaf Agama Mesir telah memberikan bimbingan kepada para pejabat. Doa di beberapa masjid akan disiarkan secara langsung sehingga jamaah dapat mengikuti di rumah. Ceramah dan khotbah agama juga akan disiarkan secara online dan melalui platform media sosial.

3 dari 3 halaman

Aturan Jam Malam

Pembatasan dan jam malam telah diberlakukan atau diperpanjang. Misalnya, Kerajaan Kesultanan Oman baru saja mengumumkan larangan pergerakan kendaraan dan orang-orang di luar ruangan dari jam 9 malam hingga jam 4 pagi selama bulan Ramadhan, serta melarang aktivitas komersial sama sekali. Maroko telah memperpanjang jam malam yang ada dari jam 8 malam menjadi jam 6 pagi, sementara di Turki, jam malam akan dibatasi hingga akhir pekan. 

Di Irak, jam malam parsial akan berlangsung selama seminggu dari jam 9 malam sampai jam 5 pagi, dengan larangan yang lebih komprehensif pada hari Jumat dan Sabtu.

Salah satu dampak paling signifikan dari peraturan dan jam malam baru ini adalah orang-orang juga harus membatasi makan malam mereka untuk anggota keluarga di rumah, daripada merayakan buka puasa bersama keluarga besar dan teman-teman di tempat umum atau restoran. Oleh karena itu, restoran telah beradaptasi untuk menyediakan bungkus makanan dalam skala kecil daripada mengadakan pesta makan malam besar di ballroom mewah saat jam buka puasa.

Pada gilirannya, ritel telah meningkat karena orang-orang mulai berbelanja online untuk barang-barang bertema Ramadhan untuk mendekorasi rumah mereka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.