Sukses

Umat Muslim di Australia Dihantui Ancaman Kejahatan Rasial selama Bulan Ramadan

Umat Muslim di Australia mengalami ketakutan akan terjadinya kejahatan rasial.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi kebanyakan Muslim di seluruh dunia, bulan suci Ramadan adalah waktu untuk beribadah dengan damai. Tetapi saat bulan suci semakin dekat, beberapa pemimpin masjid Australia mengkhawatirkan hal terburuk terjadi setelah bertahun-tahun mengalami kejahatan rasial.

Melansir ABC News, Minggu (11/4/2021), pemimpin Masjid Holland Park Brisbane Ali Kadri mengatakan kepada ABC bahwa dia sangat khawatir tentang kejahatan rasial berulang yang menargetkan masjid sehingga dia yakin hanya masalah waktu sebelum apa yang terjadi di masjid Al-Noor di Christchurch pada tahun 2019 terulang kembali.

"Jika kita melanjutkan jalan yang kita tuju, dan terus mengabaikan ancaman nyata, yang diajukan oleh [ekstremis sayap kanan] ini, ini bukan masalah apakah akan terjadi, ini masalah kapan," katanya, ketika ditanya jika masjidnya bisa menghadapi serangan serupa. 

Para jamaah yang menghadiri masjid, yang merupakan salah satu bangunan Islam tertua di Australia, juga mendapat keprihatinan, kata Kadri, seraya menambahkan itu menjadi "sangat normal" bagi pengunjung masjid untuk mengalami perjalanan mingguan di mana penghinaan rasis diteriakkan kepada mereka lewat jendela mobil.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masjid di Australia Jadi Sasaran

Penelitian tahun 2021 dari Charles Sturt University menunjukkan lebih dari setengah dari 75 masjid yang disurvei di Australia mengalami kekerasan yang ditargetkan antara tahun 2014 dan 2019.

Jenis kekerasan termasuk pembakaran, penyerangan fisik peserta, grafiti, vandalisme, pelecehan verbal, dan pelecehan online. Dalam beberapa kasus ekstrim, beberapa masjid menerima surat kebencian dan ancaman pembunuhan, menurut penelitian tersebut.

"[Kejahatan kebencian] cukup umum dan banyak orang - terutama wanita yang mengenakan jilbab - enggan dan takut untuk tampil di depan umum di area tertentu karena mereka takut seseorang akan menjelekkan mereka, atau secara rasial [secara lisan ] atau menyerang mereka secara fisik," kata Kadri.

Pada tahun 2019 saja, sekitar sepertiga dari masjid yang termasuk dalam penelitian tersebut mengatakan bahwa mereka pernah mengalami serangan grafiti, 17 persen melaporkan dua kejadian atau lebih, dan 12 persen mengalami satu atau lebih serangan pembakaran. Satu masjid melaporkan enam insiden pada tahun itu saja.

Tahun lalu COVID-19 menghambat jamaah untuk menghadiri masjid selama Ramadan, dengan penutupan pusat keagamaan dan masjid secara nasional karena pembatasan. Tetapi meskipun antusiasme masjid sekarang dibuka kembali, banyak yang masih tetap berhati-hati. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini