Sukses

Reruntuhan Perang Suriah Jadi Tempat Bukber di Tengah Pandemi Corona

Di Syria, sebuah kota yang memiliki runtuhan menjadi tempat makan bersama, beberapa ahli mengkhatirkan bahwa tempat tersebut dapat menjadi sumber penyebaran COVID-19, penasaran?

Liputan6.com, Damaskus - Di tengah reruntuhan kota dimana perang telah berlangsung selama satu dekade, makan bersama selama bulan Ramadan terjadi di bagian barat laut Suriah. Banyak anak-anak dan orang dewasa mengantri di antrian yang panjang di kota Atareb untuk melakukan iftar bersama, dimana umat Muslim diperbolehkan makan setelah matahari terbenam selama bulan puasa. 

Orang-orang ini kembali ke kota tersebut dari tempat pengungsian sejak gencatan senjata yang terjadi pada bulan Maret. Serangan tersebut terjadi di daerah yang dikuasai para pemberontak. 

Seorang bernama Mohamad Jabar mengatakan bahwa dirinya baru saja bertemu dengan keluarganya pada Kamis, 7 Mei 2020 setelah serangan menghancurkan kota. 

"Ini pertama kalinya kita kembai bersama sejak serangan yang terjadi di distrik," ujarnya. 

Selain itu, Bapak Jabar mengatakan bahwa kembali ke kota jauh lebih baik dibanding tinggal di kemah pengungsian yang dibilang padat, seperti yang dikutip dari Arab News, Sabtu (9/5/2020). 

"Kami kembali ke rumah. Meskipun mereka telah hancur total atau hancur setengah, mereka masih jauh lebih baik daripada tempat pengungsian," lanjutnya. 

Hal ini mirip seperti yang dialami oleh Abu Ziad yang menghabiskan Ramadan kali ini di Ariha. Bapak Ziad juga memutuskan untuk kembali ke rumahnya untuk merayakan Ramdan bersama keluarganya. 

"Setiap tahun kami biasa menghabiskan Ramadan di sini dan kami ingin menghabiskan satu hari Ramadan ini di sini," katanya..

Namun lebih dari itu, sebenarnya pusat pemerintah takut bahwa lokasi reruntuhan tersebut dapat menjadi pusat penyebaran virus corona.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Khawatir Jadi Titik Penyebaran COVID-19

Kekhawatiran penyebaran novel coronavirus dapat terjadi di kemah-kemah para pengungsi di perbatasan Turki telah membuat beberapa orang untuk ke rumah mereka masing-masing. Saat ini, masih belum ada kasih yang terkonfirmasi kasus COVID-19 di daerah barat laut Syria yang dikuasai oleh pemberontak. Saat ini hanya beberapa ratus orang dari empat juta populasi yang telah di tes novel coronavirus. 

Untuk saat ini, lokasi yang digunakan iftar dibersihkan dengan sanitizer oleh Pertahanan Sipil, kata Abal Malak Al-Sheikh yang merupakan salah satu member dari organisasi yang memberi makan tersebut. 

Meski begitu peraturan physical.social distancing juga diterapkan di acara makan tersebut, akan tetapi banyak orang yang tidak menghiraukan peraturan ini. 

"Dari reruntuhan ini, kami berharap dapat mengirimkan pesan kepada dunia bahwa ktia tabah. Dari reruntuhan diakibatkan oleh Basha Assad, kehidupan dan harapan akan tumbuh," kata Sheikh. 

 

Reporter: Yohana Belinda

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.