Sukses

Sambil Puasa, Kakek 100 Tahun Keliling Taman Galang Dana Bagi Korban Corona

Di tengah puasa Ramadan ini, seorang kakek berusia 100 tahun menggalang dana untuk korban atau pasien dari Virus Corona COVID-19.

Liputan6.com, London - Seorang kakek berusia 100 tahun berjalan di sebuah taman London timurnya untuk mengumpulkan dana bagi para korban Virus Corona COVID-19 di Inggris, Bangladesh dan sejumlah negara lain.

Dabirul Choudhury yang lahir pada 1 Januari 1920 di Bangladesh, pindah dan kini tinggal di London untuk belajar sastra Inggris pada tahun 1957. Demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (8/5/2020).

Ia terinspirasi oleh Tom Moore, seorang rekan seabad dari Inggris yang menarik perhatian dunia dengan berjalan berkeliling di taman dan mengumpulkan hampir 33 juta pound ($ 41 juta) untuk Layanan Kesehatan Nasional ( NHS). 

Choudhury pun memiliki target 100 putaran ketika ia memulai misinya pada April 26.

Tapi, Choudhury mencapai targetnya itu hanya dalam beberapa hari, dan berlanjut dengan putaran di kebun untuk mengumpulkan lebih banyak dana.

Yang membuat semakin menarik, ia menjalani aksinya ini sambil berpuasa di tengah kewajibannya sebagai seorang Muslim selama bulan Ramadan. 

Sejauh ini, ia telah berhasil mengumpulkan sekitar 75.000 pound sterling ($ 92.700).

Choudhury, seorang lansia di Inggris telah berada dalam karantina diri selama sekitar dua bulan di bawah langkah-langkah lockdown saat ini.

Pada halaman penggalangan dana JustGiving, ia mengatakan: "Lebih dari setengah miliar orang akan didorong ke dalam kemiskinan kecuali tindakan segera diambil. Terutama orang-orang Bangladesh dan negara-negara dunia ketiga akan paling menderita, anak-anak dan keluarga rentan akan menderita kelaparan ekstrem."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kasus Virus Corona COVID-19 di Inggris

Pada hari Selasa, Inggris menjadi negara yang paling terpukul di Eropa, dalam hal kematian akibat Virus Corona baru, menyusul Italia. 

Menurut angka dari Kantor Statistik Nasional, lebih dari 32.000 orang meninggal akibat COVID-19.

Sedangkan, Bangladesh baru melaporkan 183 kematian sejak dimulainya epidemi, tetapi sebagai salah satu negara terpadat di dunia, ada kekhawatiran yang timbul akibat wabah yang lebih buruk serta masalah ekonomi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini