Sukses

Indahnya Hidup Bertoleransi di India, Umat Hindu Ikut Puasa Saat Ramadan

Seperti apa makna toleransi antar umat beragama saat puasa Ramadan di belahan dunia lainnya? Simak kisahnya berikut ini.

Liputan6.com, New Delhi - Puasa di bulan Ramadan umumnya hanya dilakukan oleh umat Muslim, namun tak demikian di India.

Sejumlah non-Muslim di sana dikabarkan turut berpuasa. Salah satunya adalah seorang umat Hindu, Dr. Sachchidanand Vikrant. seperti dikutip dari Arab News, Sabtu (9/5/2020).

Ramadan ini ternyata bukan tahun pertama Vikrant berpuasa, ia sudah melakukan aktivitas tersebut sejak tahun 2014.

"Saya memulai berpuasa sejak 2014, ketika rekan kerja Muslim saya dan saya mengerjakan suatu penelitian mengenai obat-obatan yang dijual secara illegal," ujarnya. "Setelah melakukan investigasi kami, dia mengajak saya untuk bergabung dalam puasanya. Hari itu, percakapan dari hatinya mendorong saya untuk berpuasa," lanjutnya. 

Vikrant berpuasa 11 hari selama Ramadan, lalu ia melanjutkan 19  hari setelah Idul Fitri. Hal itu telah menjadi kebiasaannya selama enam tahun belakangan. 

"Bagi saya, ini (puasa) adalah hal yang lebih dari sekedar agama. Ini adalah sebuah kepercayaan dalam kultur dan kebersamaan antar agama kami. Muslim adalah bagian dari kami dan kami hidup berdampingan dalam suatu kultur yang sama," ujar Viktrant.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Aksi Solidaritas

Tak hanya Vikrant, seorang desainer Ved Amrita yang berasal dari Uttarakhand, rupanya juga menunjukan aksi toleransinya kepada umat Muslim di India dalam bulan puasa ini.

Tak jauh berbeda dengan Vikrant, Amrita telah menjalan kan puasa selama tiga tahun belakangan. 

"Selama tiga tahun belakangan ini, saya telah memperhatikan puasa selama dua hari di bulan Ramadan untuk melakukannya," ujarnya, dirinya juga menambahkan bahwa puasa juga merupakan tradisi pernyataan keyakinan saya pada tradisi sinkretis dan sekuler India.

Perlu diingat bahwa akibat melonjaknya kasus COVID-19 di India, sekelompok misionaris, Tabligh Jamaat disalahkan, hal ini menyebabkan kasus Islamophobia di India naik. Tak hanya itu beberapa lokasi kesehatan pun menolak pelayanan kesehatan bagi umat Muslim. 

Seorang aktivis Meha Dhondiyal yang berada di New Delhi mengatakan bahwa Ramadan merupakan kejadian dimana warga dapat mendukung umat Muslim dalam ibadahnya. 

"Bagi saya, berpuasa dalam beberapa hari di bulan Ramadan dapat membuat saya berhubungan dengan saudara Muslim dan menunjukan dukungan terhadap mereka," ujaranya. 

Baginya itu sangat penting, apalagi ada beberapa grup yang memanfaatkan keadaan COVID-19 atau novel coronavirus untuk menyebarkan Islamphobia. Dirinya juga mengatakan bahwa keberagaman yang ada di Indisa merupakan kekuatan mereka. 

"Kekuatan India adalah keberagaman agama dan sekularisme, dan festival ini menawarkan kesempatan untuk saling menolong. "

Jayshree Shukla, seorang fotografer yang berbasis di New-Delhi juga mengatakan bahwa dirinya pun akan ikut melakukan iftar bersama jika tidak ada lockdown. Tak hanya itu, dirinya juga menekankan bahwa dirinya sangat menikmati kultur yang berbeda. 

"Saya merasakan kebersamaan kultur dalam acara seperti itu (iftar)," sebalknya umat Muslim di India pun sangat berterima kasih atas aksi toleransi tersebut. 

Tapi sejarah umat Hindu turut merayakan Ramadan ini telah terjadi sejak lama, kata Irshad Ullah seorang aktivis sosial. 

"Kami umat Hindu, bepartispasi dan mengatur jadwal iftar adalah sebuah hal yang normal. Pada masa ketika mayoritarianisme mendominasi narasi politik, itu justru membuat kepercayaan kami kembali terhadap negri ini. Kamu merasa tenang," ujarnya. 

 

Reporter: Yohana Belinda

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.