Sukses

Ingin Olahraga saat Jalani Puasa Ramadan, Perhatikan Jenis dan Waktu yang Tepat

Dokter spesialis kedokteran olahraga Michael Triangto menyarankan untuk olahraga sebelum berbuka puasa saat Ramadan.

Liputan6.com, Jakarta - Demi menjaga kesehatan tubuh, olahraga atau aktivitas fisik sangat dianjurkan untuk tetap dilakukan meski saat bulan suci Ramadan.

Meski begitu, olahraga saat Ramadan perlu diperhatikan intensitas dan waktunya, seperti dilansir Antara, Selasa (5/5/2020).

Dokter spesialis kedokteran olahraga Michael Triangto menyarankan untuk berolahraga sebelum berbuka puasa.

Tetapi jika tak sempat, tidak apa-apa berolahraga setelah berbuka puasa. Namun biasanya antara 1-2 jam jeda sebelum tidur atau setelah berbuka puasa saat perut tidak terasa kenyang.

Dengan begitu, lambung atau perut tidak terasa penuh dan mengganggu pada saat melakukan latihan fisik.

Michael mengatakan, jika tetap memaksakkan diri untuk olahraga saat perut masih terasa penuh, maka bisa berisiko membuat mual dan muntah. Apalagi, kata dia, jika intensitasnya berat bukan ringan seperti yang disarankan.

"Karena itu, batasan waktu ini juga sebenarnya sifatnya relatif tapi lebih baik tetap diberi jeda 1-2 jam setelah makan," ujar Michael.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Jenis dan Intensitas Olahraga

Michael mengingatkan, intensitas olahraga saat Ramadan hanya boleh ringan sampai sedang.

Jenis latihannya, menurut dia, bisa terdiri dari olahraga aerobik dan anaerobik atau latihan beban.

Michael memaparkan, jenis olahraga tersebut beragam, mulai dari sekedar jalan keliling rumah, keliling kompleks, bersepeda statis, bersepeda keliling kompleks, treadmill, berenang, atau jalan di kolam renang.

"Latihan yang dilakukan hanya boleh intensitas ringan sampai sedang, saya lebih memilihkan olahraga sebelum berbuka puasa. Pada malam hari ada kemungkinan tubuh kita masih aktif karena bilamana berolahraga maka ada EPOC di dalam tubuh kita, itu tubuh menjadi tetap aktif dan terasa hangat," tutur dia.

Akibatnya, sambung Michael, kita akan kesulitan tidur dan ini bisa berdampak pada telat bangun sahur.

"Karena itu saya lebih suka melakukannya sebelum berbuka dan olahraganya juga tidak berat, waktunya tidak panjang, dan bilamana setelah berlatih kita merasa haus dan lapar, waktu untuk menunggu membatalkan puasa tidak terlalu panjang," jelas Michael.

Selain itu, lanjut dia, pada saat tubuh melakukan puasa, ada risiko mengalami dehidrasi dan olahraga berat berbahaya bagi tubuh karena akan menambah dehidrasi yang sudah ada dan kadar gula darah turun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.