Sukses

Kisah Pelajar Indonesia Merayakan Lebaran di Amerika Serikat

Ada jutaan WNI yang merayakan hari raya bukan di Tanah Air. Salah satunya adalah seorang WNI yang tengah mengikuti pertukaran pelajar di AS.

Liputan6.com, Arizona - Hari Raya telah tiba. Setelah menjalani puasa selama kurang lebih satu bulan, umat muslim di seluruh dunia menyambut hari kemenangan Idul Fitri.

Sejumlah tradisi dalam menyambut hari kemenangan tersebut dilakukan berbeda-beda oleh sejumlah negara. Tergantung dari budaya mereka masing-masing.

Ada jutaan WNI yang merayakan hari raya bukan di Tanah Air. Mereka merayakan lebaran di beberapa negara. Salah satunya adalah seorang WNI yang tengah mengikuti pertukaran pelajar di Amerika Serikat.

Ia adalah Nuhzatul Ainiyah yang mengikuti program pertukaran pelajar Youth Exchange Study (YES).

"Tahun ini adalah pengalaman pertama saya, menjalani puasa Ramadan dan merayakan Idul Fitri di Amerika Serikat," ujar Nuhzatul Ainiyah.

"Saya adalah murid pertukaran pelajar program Youth Exchange Study (YES) yang berada di Maricopa, kota bagian Arizona, sejak sepuluh bulanyang lalu. Di Indramayu, saya adalah murid di Pesantren Al-Ishlah Tajug," tambahnya.

Program pertukaran yang disponsori oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta ini berlangsung selama setahun dan peserta tinggal bersama keluarga angkat The Moore dan bersekolah di Maricopa High School selama di Arizona.

"Saya senang sekali saya berhasil menunaikan ibadah puasa selama bulan Ramadan. Menjalanipuasa di Amerika ini cukup menantang karena waktu puasa yang lebih lama dari Indonesia, yaitu 16 jam ditambah dengan cuaca yang sudah mulai panas karena memasuki musim panas di bulan Mei."

Waktu imsak di Arizona, Amerika Serikat adalah sekitar pukul 04.07 dan matahari terbenam sekitar pukul 19.26. Umat muslim menggunakan aplikasi Muslim Pro sebagai panduan untuk waktu berbuka, salat dan sahur.

"Jadi, meski tidak ada suara azan yang bergema, saya tetap dapat menjalankan segala kewajiban salat dengan baik."

"Tepat di malam takbiran, saya mengunjungi keluarga asal Indonesia, keluarga Nurul Hariaidi,dan berkesempatan untuk berbuka bersama dengan anggota keluarga."

"Menu yang disuguhkan sungguh menggugah selera, terutama bagi saya yang sudah hampir setahun lamanya tidak."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dukungan Teman Saat Berpuasa

Awal puasa saat Nuhzatul Ainiyah menjelaskan bahwa ia harus berpuasa selama satu bulan, rekan-rekan terdekat seperti teman-teman sekolah heran mengapa ia melakukan itu.

Bahkan, orangtua angkat khawatir dengan keinginan Nuhzatul Ainiyah berpuasa. Namun sebisa mungkin ia menjelaskan kepada mereka tentang manfaat Ramadan dan apa tujuan dari berpuasa.

"Setelah mendengarkan penjelasan saya, mereka memahami keputusan saya dan malah mendukung saya selama berpuasa. Teman-teman di sekolah menghormati saya dan mengajak saya bermain gim seperti kartu Uno atau kadang monopoli agar saya tidak merasa jenuh selama istirahat makan siang."

"Mereka juga mengingatkan bila saya untuk berbukadan menasihati saya agar banyak meminum air putih ketika sahur karena sedang berada di musim panas."

"Buat saya, Ramadan tahun ini sungguh sangat berkesan karena saya diberi kesempatan untukmenjalaninya di negara asing sehingga saya bisa memiliki pengalaman berpuasa, berbuka danmerayakan Idul Fitri dengan nuansa yang berbeda." "Apapun tantangan yang dihadapi selamaberpuasa bagi saya itu adalah ujian yang akan membawa saya selangkah lebih matang dalam kedewasaan iman seorang Nuhza. Jadi, tidak ada alasan untuk mengeluh apalagi sampai tidak menjalankannya."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.