Sukses

WWF Desak Uni Emirat Arab Kurangi Buka Puasa Mewah Saat Ramadan

Buka puasa mewah di Uni Emirat Arab menuai kritik luas dan didesak untuk dikurangi demi alasan mulia.

Liputan6.com, Dubai - Lembaga pemerhati lingkungan WWF mendesak Uni Emirat Arab (UEA) untuk mengurangi hingga sepertiga jumlah limbah makanan yang diproduksi selama bulan suci Ramadan.

Desakan tersebut senada dengan "kemarahan" departemen lingkungan UEA, yang menyalahkan "buka puasa mewah" di restoran dan hotel terlalu menghambur-hamburkan makanan.

Dikutip dari Arabianbusiness.com pada Selasa (21/5/2019), sisa makanan menyumbang lebih dari 22 persen total limbah yang diproduksi oleh Dubai saja pada hari-hari biasa.

Ironisnya, angka tersebut naik menjadi 55 persen selama momen puasa Ramadan, kata otoritas kota Dubai.

"Kita semua saling berhubungan dan bergantung pada makanan dan sumber daya alam yang berlimpah untuk bertahan hidup," kata Laila Mostafa Abdullatif, direktur jenderal Emirates Nature, yang merupakan cabang WWF di UEA.

"Ramadan kali ini, kami mendorong penduduk dan pendatang untuk merenungkan kebiasaan makan mereka, serta belajar cara berbelanja, memasak, dan makan dengan lebih bijak," tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Makanan Terbuang di UEA senilai Rp 51,2 Teriliun per Tahun

Habiba Al Marashi, ketua Emirates Environmental Group yang berbasis di Dubai, mengatakan sebagian besar limbah negara itu disebabkan "buka puasa di restoran dan pertemuan sosial lainnya."

Jumlah rata-rata makanan yang terbuang setiap tahun di UEA diperkirakan bernilai 13 miliar dirham (sekitar Rp 51,2 triliun), ujar Al Marashi memperkirakan.

Mayoritas makanan (sekitar 32 persen) terbuang dari restoran, sementara 30 persen lainnya adalah sisa dari perayaan besar, seperti agenda buka puasa publik.

"Kami akan meningkatkan imbauan kepad akhalayak untuk bersikap lebih bijak dalam mengelola dan mengonsumsi makanan selama bulan suci Ramadan ini," kata Al Marashi.

3 dari 3 halaman

Tidak Bisa Mengelola Makanan Sisa

Ditambahkan oleh Al Marashi, bahwa banyak penyedia makanan di UEA tidak memiliki rencana darurat untuk mengatasi kelebihan porsi, sehingga kerap berakhir sia-sia.

"Ini tidak hanya menciptakan masalah bagi pengelolaan limbah tetapi dari sudut pandang gizi, makanan yang sama dapat digunakan untuk memberi makan orang-orang yang kurang mampu," katanya.

Setiap individu di UEA membuang 197 kilogram makanan per tahun, dibandingkan dengan masing-masing 95 kg dan 115 kg di Eropa dan Amerika Utara, lapor hasil studi oleh Dubai Industrial Park dan The Economist Intelligence Unit.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini