Sukses

Eco-Ramadan, Cara Unik Berpuasa Sembari Melestarikan Lingkungan

Begini Eco-Ramadan, cara orang berpuasa sambil melestarikan lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Apa yang menjadi tradisi selama puasa pada bulan Ramadan? Ialah takjil dan makanan ringan lain yang kerap dibungkus dalam wadah plastik. Jika tidak dikelola dengan baik, sampah dari pembungkus makanan buka puasa ini akan mencemari dunia.

Karena alasan itulah, sebuah gerakan bernama eco-Ramadan muncul, mengajak seluruh Muslim di Indonesia untuk beribadah sembari menjaga kelestarian lingkungan.

Masyarakat dinilai cenderung lebih konsumtif selama Bulan Suci umat Islam ini, menurut penggagas eco-Ramadan, DK Wardhani atau akrab disapa Dini.

"Pada saat Ramadan kan yang awalnya kita nggak pernah jajan takjil atau camilan, saat Ramadan kita beli di luar," ujarnya kepada VOA pada Jumat, 10 Mei 2019, yang dikutip oleh Liputan6.com pada Rabu (15/5/2019).

Di Jakarta misalnya, imbuh Dini, sampah bertambah 864 ton pada hari pertama Ramadan. Kenaikan ini juga diperkirakan terjadi di banyak kota lain di Tanah Air.

"Sampah-sampah itu berasal dari wadah plastik dan tas kresek untuk takjil yang sebenarnya tidak kita perlukan. Jadi, kita itu sebenarnya nggak terlalu perlu banget (plastik), tapi kita terlena, termanjakan. Kita lihat itu (plastik) sebagai sebuah kepraktisan. Akhirnya kita menggunakan jalan yang singkat ini, sebenarnya kita nggak butuh-butuh banget," terang penulis 'Menuju Rumah Minim Sampah' itu.

Eco-Ramadan adalah satu dari berbagai upaya Dini dalam pelestarian lingkungan. Pada Mei 2018, Dini menggagas kelas nol sampah (zero waste).

Selain itu, dia pun mendorong masyarakat untuk mengurangi plastik bersama komunitas Sahabat Alam Cilik (SAC) di Malang, Jawa Timur. Alih-alih plastik, dia menganjurkan memakai tas belanja kain, serta membawa botol minum dan wadah makanan sendiri.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Islam Ajarkan Pelestarian Lingkungan

Agama Islam, ujar Dini, mengajarkan pelestarian lingkungan sebagaimana tercantum dalam beberapa ayat Alquran dan hadis Nabi Muhammad SAW.

Salah satunya tertulis dalam surat Al-Isro ayat 26-27 yang artinya:

Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan telah menerbitkan fatwa 47 tahun 2014 tentang pengelolaan sampah. Namun, Dini mengakui, belum banyak yang mengetahui ketentuan ulama ini.

"Memang saya kira sosialisasinya ke bawah yang mungkin kurang, jadi masih sedikit yang mengetahui fatwa tersebut, tegasnya.

Karena itu, dia mendorong --terutama komunitas Muslim-- bisa mengurangi sampah selama Ramadan.

"Kalau kita mau ini jadi amal kebaikan, kita niatkan di bulan Ramadhan ini kita mau berubah saya mau jadi orang yang lebih baik. Ayolah, ini sebenarnya hal yang sangat ringan," ajaknya.

3 dari 3 halaman

Tips Kurangi Sampah Saat Ramadan

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi sampah. Dalam acara buka bersama, misalnya, panitia dapat mencantumkan informasi dalam undangan bahwa acara tersebut mengadopsi konsep minim sampah.

Makanan takjil dapat disuguhkan di piring beling dan air disediakan lewat galon. Dengan demikian, penggunaan plastik bisa diminimalisir.

Namun, ungkap Dini, tidak semua orang bisa langsung mampu meninggalkan plastik. Ada yang tetap menggunakan plastik karena dianggap lebih sopan.

"Agak kaget juga ini sopan nggak ya seperti ini? Yang sering dialami adalah dirasa kurang sopan, dirasa kurang memuliakan tamu," terang lulusan S2 desain perkotaan ITB ini.

Selain plastik, banyak juga yang membuang sampah makanan. DKI Jakarta mencatat kenaikan jumlah sampah saat Ramadan didominasi oleh sampah makanan.

Penggagas program "Zero Waste Warriors", Zeiny Sofiani, mengatakan banyak orang yang 'lapar mata' saat Ramadan.

"Kayaknya buka puasa sama ini enak, sama itu enak, begitu berbuka kekenyangan, Karena memang tubuh kita nggak butuh makanan sebanyak itu juga," ujarnya yang memimpin komunitas di Bandung, Jawa Barat.

Guna mengurangi sampah makanan, masyarakat harus bijak dalam berbelanja. "Yang pertama adalah mengontrol nafsu. Supaya kita nggak barbar ketika buka puasa. Nggak segala pengen dimakan dan akhirnya buang-buang makanan," ujarnya kepada VOA.

Zeiny mengatakan, sampah makanan sangat berbahaya karena menghasilkan gas metana. Gas ini dapat menyebabkan ledakan di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah. Karena itu penting bagi kita untuk menghabiskan makanan secara bertanggung jawab.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.