Sukses

Alquran Berusia Ratusan Tahun Tersimpan di Museum Sultra

Alquran tertua berupa tulisan tangan pada masa Kerajaan Muna tersimpan di Museum Provinsi Sulawesi Tenggara.

Liputan6.com, Kendari - Pejabat Museum Provinsi Sulawesi Tenggara mengatakan, Alquran tertua berupa tulisan tangan pada masa Kerajaan Muna, saat ini masih tersimpan di museum tersebut. 

"Alquran tersebut kini tersimpan di Museum Provinsi Sultra, Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari yang usianya diperkirakan lebih dari 400 tahun silam," kata Kepala Seksi Koleksi UPTD Museum Provinsi Sulawesi Tenggara, Yustinus, dikutip Antara, Minggu (12/5/2019). 

Ia menjelaskan sejarah di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) dapat ditemui, salah satunya dari Alquran tua yang ditulis tangan itu.

"Kitab suci umat Islam ini menjadi bukti sejarah awal mula masuknya agama Islam di jazirah Kepulauan di Muna," katanya.

Dikemukannya bahwa sebelumnya masyarakat Muna pada mulanya belum memercayai atau menganut agama, termaksud Islam. Barulah di tahun 1501, saat Kerajaan Muna dipimpin Raja Sugi Manuru, nilai-nilai ke-Islaman itu masuk lingkungan kerajaan.

Menurut dia, saat ini kondisi Alquran yang sudah acak-acakan itu disimpan dalam "fitting". Bagian sudut kitab ini rusak dan dimakan usia, lembaran kertasnya juga sudah sobek dan usang. Setiap pengunjung datang pasti menjadi perhatian dan terkesima melihat benda bersejarah itu.

Yustinus menjelaskan, Alquran tua tersebut diperkirakan berusia lebih 400 tahun dan telah dijadikan sebagai benda bersejarah, setelah tim penelitian melakukan pendalaman di Masjid Tua Kecamatan Tongkuno, Muna.

"Alquran tertua ini ditulis tangan dengan jenis kertas 'Dluwang', hanya saja belum ada yang tahu siapa penulisnya. Alquran ini ditulis menggunakan tinta yang diramu khusus dari buah pohon. Alat tulisnya masih terbuat dari koroka atau lidi pohon enau,” katanya.

Pengaruh Islam di Kerajaan Muna mulai terlihat setelah masuknya penyebar Islam pertama di Muna yang bernama Syekh Abdul Wahid.

Menurut beberapa catatan sejarah, Syekh Abdul Wahid adalah seorang misionaris Islam yang berasal dari Arab, namun ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah pedagang dari Gujarat, India.

Korelasi antara kitab dan penyebaran Islam ini, dalam beberapa kepercayaan Muna, Syeh Abdul Wahid tidak membawa kitab Alquran saat menginjakkan kaki di Muna.

Alquran inilah yang kemudian ditulis saat proses penyebaran Islam di Muna.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.