Sukses

1.500 Anak Yatim Menulis Surat kepada Presiden Jokowi

Di sela-sela kegiatan berbuka puasa bersama, anak-anak belajar menuliskan harapan, cita-cita yang dituangkan dalam surat untuk Presiden RI.

Liputan6.com, Jakarta - Budaya literasi masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Data UNESCO menyebutkan persentase minat baca Indonesia sebesar 0,01 persen atau hanya 1 banding 10.000. Bagaimana dengan nasib budaya menulis?

Sebab itu, salah satu perusahaan alat tulis Standardpen, melakukan gerakan mengajak anak Indonesia kembali menulis dengan tangan melalui gerakan ‘Ayo Menulis' dan membagikan Satu Juta Bolpoin untuk anak Indonesia.

Pada kegiatan ini, Standardpen mengajak 1.500 yatim dan duafa dari 30 yayasan panti asuhan se – Jabodetabe untuk menulis. Disela-sela kegiatan berbuka puasa bersama, anak-anak belajar menuliskan harapan, cita-cita yang dituangkan dalam surat untuk Presiden RI.

“Kegiatan ini diharapkan menjadi pengalaman yang bernilai dan menjadi tradisi bagi anak-anak dalam menulis dengan tangan,” kata CEO Standardpen, Megusdyan Susanto, Senin (20/6/2016).


Menulis, sambung Megusdyan, selain mengasah kinerja otak juga dapat membantu anak-anak menjadi kreatif. “Kami mengandalkan guru dan orang tua untuk melestarikan menulis dengan tangan,” tandasnya. Data terakhir (2009) menyebutkan, sekitar 72.553 jiwa warga DKI Jakarta masih buta huruf.

Oleh karena itu perusahaan ingin mengembalikan tradisi lama yang mulai ditinggalkan karena kemajuan teknologi gadget.

“Dalam kesempatan ini, kami mengajak anak-anak & guru untuk melestarikan menulis dengan tangan yang dapat mengasah  kinerja otak,” kata Megusdyan.

Hasil riset Harvard University, Amerika Serikat, menjelaskan bahwa ada lima manfaat menulis bagi anak-anak. Mengurangi stres, belajar mengeluarkan pendapat secara bijak, belajar merangkai kata, melatih kesabaran, serta menambah ilmu dan wawasan.

Dalam kesempatan ini, Megusdyan bercerita perihal pembuatan bolpoin yang sangat kompleks.  Menurutnya, untuk menghasilkan satu batang bolpoin dibutuhkan mesin yang kuat, disiplin, quality control yang ketat, serta bahan yang bermutu. “Dari satu batang bolpoin saja proses yang dilalui sangat rumit dan dibutuhkan ketelitian,” dia menjelaskan.

 


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini