Sukses

Puisi Fadli Zon Tuai Polemik, Sandiaga: Saya Tidak Ahli

Dia menyarankan, jika ingin mengetahui makna puisi itu ada baiknya ditanyakan langsung ke penciptanya.

Liputan6.com, Jakarta - Calon wakil presiden nomor urut 2, Sandiaga Uno menolak mengomentari isi puisi berjudul 'Doa yang Ditukar' karya Wakil Ketua DPR Fadli Zon.

"Saya tidak ada tanggapan," kata Sandiaga di Jakarta Selatan, Minggu (10/2/2019).

Pengusaha ini mengaku belum membaca puisi yang menuai polemik tersebut. Dia menyarankan, jika ingin mengetahui makna puisi itu ada baiknya ditanyakan langsung ke penciptanya.

"Saya tidak ahli puisi, mungkin Pak Fadli bisa mengungkapkan klarifikasinya," ucap Sandiaga.

Saat ini, Sandiaga mengatakan, dirinya sedang fokus untuk menghadapi debat cawapres pada 17 Maret 2019 mendatang. Namun, Sandiaga mengaku kesulitan menghadapi debat tersebut. Sebab, yang menjadi lawannya merupakan seorang ulama besar, yaitu cawapres nomor urut 01, KH Ma'ruf Amin.

"Ini akan menyulitkan posisi saya, karena di dalam adab, saya diajarkan ulama atau kiai besar seperti Kiai Ma'ruf harus dimuliakan," kata Sandiaga.

Dia mengatakan, dirinya tidak bisa berdebat dengan kiai. Kini ia pun harus memutar otak supaya nilai-nilai yang selama ini dipegang tidak luntur saat berada satu pangung dengan Kiai Ma'ruf.

"Bagaimana mendapatkan satu situasi debat yang sesuai dengan apa yang diajarkan, saya menghormati memuliakan pak kiai dan tidak membantah. Jika Pak Kiai sampaikan sesuatu ya ikut saja, itu merupakan adab yang diajarkan," ucap Sandiaga.

"Pokoknya apa yang Pak Kiai sampaikan sami'na wa atho'na," pungkas dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Respons Puisi Fadli

Sebelumnya, santri 15 pondok pesantren di Kabupaten Kudus, merespons puisi Fadli Zon dengan menggelar doa dan zikir bersama di depan Kantor Bupati, Kudus, Jumat (8/2/2019). Mereka menyatu dan menamakan diri Aliansi Santri Membela Kiai (Asmak).

Dengan duduk di jalan lingkar Alun-Alun Kudus, mereka membaca zikir dengan harapan negara diberi kondisi aman. Tahlil dipimpin KH Sohikul Huda dan sejumlah pengelola pondok pesantren di Kabupaten Kudus.

Menurut Muhamad Sahroni, koordinator aksi, doa dan zikir diikuti sekitar dua ribu santri dari 15 pondok pesantren. Ini adalah aksi membela kiai atas penistaan terhadap Kiai Maemun Zubair, sesepuh NU dan pengasuh pondok pesantren di Sarang, Rembang.

"Asmak melibatkan santri baik yang masih ada di pondok maupun yang sudah belajar di rumah. Santri mengadakan aksi ini bermula dari kegaduhan yang terjadi sebagai dampak dari peristiwa yang terjadi," ungkap santri dari Pondok Pesantren Elfateh Al Islami.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.