Sukses

Ma'ruf Amin: Dulu Sandal, Sekarang Masjid yang Hilang Diambil Kelompok Radikal

Menurut Ma'ruf, masjid difungsikan untuk membina umat.

Liputan6.com, Semarang - Calon wakil presiden nomor urut 01, Ma'ruf Amin, mengingatkan kepada seluruh Nahdliyin, pentingnya menjaga masjid dari paham-paham radikal. Saat ini, kata Ma'ruf, banyak masjid yang sudah diambil-alih oleh kelompok garis keras.

"Di internal NU ada keluhan, dulu kita di masjid kehilangan sendal, tapi sekarang kehilangan masjidnya. Karena masjid yang dulunya itu masjid NU tidak jadi NU, karena diambil alih kelompok garis keras," kata Ma'ruf di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (5/2/2019).

Ma'ruf mengungkapkan, masjid difungsikan untuk membina umat. Melalui masjid, NU mengajarkan Islam yang santun, moderat, bukan dengan pemahaman keras dan ekstrem.

"Masjid itu tempat membina umat dan cara membinanya menggunakan Islam moderat, santun, rahmatan lil alamin, dan jangan sampai diisi oleh garis keras dan radikal. Itu sangat bahaya," ucap dia.

Ketua non-aktif MUI ini berpesan, lewat kisah sandal dan masjid, umat dapat lebih memakmurkan tempat ibadah tersebut. Jangan sampai ada pihak pemecah-belah, marangsek dan membuyarkan kerukunan.

"Kita harus mengelola masjid dengan baik, ditakmirkan, dibina, dibangung, jangan ditelantarkan," Ma'ruf menyudahi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Safari Politik ke Jateng

Calon wakil presiden nomor urut 01 Ma'ruf Amin melanjutkan safari politik ke Semarang, Jawa Tengah, Senin, 4 Januari 2019. Pondok Pesantren Bugen Al-Itqon, Tlogosari, menjadi tempat pertama persinggahan mustasyar PBNU ini.

Pantauan di lokasi, Ma'ruf Amin, tiba pukul 09.00 WIB. Kedatangannya langsung disambut antusias para santri. Lewat kamera ponsel mereka, momen kedatangan pasangan Jokowi dalam Pilpres 2019 ini dielukan.

Pimpinan Ponpes Al-Itqon KH Harits Shodaqoh yang sudah menanti bersama para kiai setempat, langsung mengajak Ketum MUI ini singgah di ruang penyambutan sebelum memasuki aula untuk memberi kata sambutan.

Seperti kedatangan Ma'ruf Amin pada umumnya, lagu kebangsaan Indonesia dan "Ya Lal Wathon" langsung bergema secara bergantian, sebelum dilanjutkan kata sambutan.

"Kami merasa syukur dan alhamdulilan kedatangan Pak Kiai dan rombongan. Harapan besar kami kedatangan kiai dan rombongan menjadi berkah, amin," kata Harits di lokasi, Senin, 4 Januari 2019.

Harits bercerita, tradisi di sebuah pesantren adalah manut (menurut/mengikut) dengan kiainya. Karenanya, kehadiran Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden adalah sebuah barokah tersendiri dirasakan kalangan santri.

"Kehadiran kiai di pemerintah betul jadi angin segar, perhatian pemerintah saat ini terhadap pesantren sangat bagus sekali, kami sangat antusias," ujar Harits.

Karenanya, Harits berharap jika Ma'ruf terpilih kelak kehadirannya di dalam struktural pemerintahan bisa lebih berkontribusi bagi kemajuan pesantren di Indonesia.

"Jadi lebih kalau Mbah Kiai ada di pemerintahan, lebih konkret lagi pastinya, amin yarabbal alamin," ucap Harits.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.