Sukses

Soal Debat Berbahasa Inggris, Moeldoko: Yang Penting Esensi Bukan Bahasa

Tak hanya itu, Moeldoko menegaskan dalam sebuah debat juga tidak tergantung oleh waktu.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Moeldoko angkat bicara mengenai penggunaan Bahasa Inggris dalam debat Pilpres 2019. Dia menyebut dalam sebuah debat hal yang paling penting merupakan esensinya.

Moeldoko juga menyebut dalam sebuah debat pun tidak difokuskan dalam panjang pendeknya berbicara.

"Di dalam debat itu esensinya, gagasan-gagasannya. Bukan dilihat dari bahasanya," kata Moeldoko di Hotel Grand Sahid, Jakarta Pusat, Sabtu (15/9/2018).

Tak hanya itu, dia menegaskan dalam sebuah debat juga tidak tergantung oleh waktu. Hal terpenting yakni gagasan atau pikiran dari peserta debat.

"Kalau orang memberi gagasan yang sudah dipikirannya, tidak tergantung oleh waktu. Yang penting adalah sebuah esensinya," ucap Moeldoko.

Sekjen koalisi Prabowo dan Sandiaga sebelumnya menilai debat ala cerdas cermat tidak efektif bagi para calon dalam memaparkan isu-isunya.

Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Yandri Susanto juga setuju jika debat capres pada Pilpres 2019 menggunakan Bahasa Inggris.

"Boleh juga kali ya (debat kandidat memakai Bahasa Inggris). Makanya hal-hal detail seperti ini perlu didiskusikan," kata Ketua DPP PAN Yandri Susanto di Jalan Daksa I nomor 10, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis 13 September 2018.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Agar Tak Miskomunikasi

Menurut dia, tak masalah jika debat kandidat memakai Bahasa Inggris. Hal ini penting, sebab seorang pemimpin negara akan bergaul dan berbicara di dunia internasional.

Pekan depan pihaknya bakal merampungkan soal teknis debat ini.

"Karena presiden bergaul di dunia internasional, supaya tidak ada miskomunikasi dan salah tafsir dari lawan bicara, ya memang penting juga calon presiden matang dalam menguasai bahasa luar, dari bahasa Indonesia itu," ucap Yandri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.