Sukses

Etnis Jawa di Sumut Berikrar Dukung Djarot-Sihar

Mereka berikrar membangun jaringan solid dengan menggerakkan seluruh jajaran pengurus organisasi dan anggota Pujakesuma untuk memenangkan Djarot-Sihar.

Liputan6.com, Asahan - Pengurus Paguyuban Keluarga Besar (PKB) Pujakesuma, Wanita Pujakesuma, dan Generasi Muda (GM) Pujakesuma se-Sumatera Utara berikrar mendukung dan siap memenangkan pasangan Calon Gubernur Sumatera Utara dan Wakil Gubernur Sumatera Utara nomor urut 2, yaitu Djarot Syaiful Hidayat-Sihar Sitorus. Pujakesuma merupakan singkatan dari Putera Jawa Kelahiran Sumatera.

Mereka berikrar membangun jaringan solid dengan menggerakkan seluruh jajaran pengurus organisasi dan anggota Pujakesuma di setiap tingkatan. Hal ini untuk memenangkan Djarot-Sihar dalam kontestasi Pilkada Sumut 2018. Kemudian bergotong-royong bersama-sama seluruh elemen yang mendukung Djarot-Sihar untuk melaksanakan upaya pemenangan yang terhormat.

Pujakesuma menjunjung tinggi etika dalam berdemokrasi dengan melakukan kerja pemenangan melalui prinsip 'Nglurug Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake'. 

Ikrar itu disampaikan Pengurus Paguyuban Keluarga Besar (PKB) Pujakesuma, Wanita Pujakesuma, dan Generasi Muda (GM) dari Kota Tanjung Balai, Karo, Langkat, Labura, Sergai, Deli Serdang, Siantar, Medan, Simalungun, Dairi, Tebingtinggi, Asahan, Labuhanbatu, Labusel, Tapsel, Padangsidimpuan, Madina, Paluta, Tobasa dan Batubara. 

Ketua Tim Pemenangan Djarot Pujakesuma Centre, Sujarwono, berpesan agar dalam bertindak dan berbuat mengedepankan sopan santun dan cerdas. Tidak hanya etnis Jawa, etnis lainnya di Sumut diajak memenangkan pasangan DJOSS.

"Ini deklarasi disampaikan demi terwujudnya Provinsi Sumatera Utara yang semua urusan mudah dan transparan," kata Sujarwono, ditulis Kamis (15/3/2018). 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Guru Honorer Curhat ke Sihar 

Sihar Sitorus berkeliling Kabupaten Labuhan Batu. Kali ini, Sihar berkeliling pasar tradisional Aek Nabara, Rantauprapat. Saat sedang berkeliling, Sihar berhenti sejenak di salah satu warung tenda yang menyediakan cendol.

Jika biasanya Sihar singgah ditemani puluhan relawan, kali ini Sihar hanya masuk ke warung tersebut ditemani salah seorang stafnya. Di warung tenda itu Sihar duduk dan meminta segelas cendol dingin. Sihar duduk di hadapan seorang perempuan muda yang juga sedang menikmati segelas cendol.

Sihar menyapa perempuan yang diketahui bernama Mayani Rumapea. Perempuan warga Kecamatan Pangkalan, Kampung Padang itu ternyata seorang guru honorer yang mengabdi di salah satu sekolah Dasar di Kampung Bangun Kecamatan Kampung Rakyat Labusel.

Setelah memperkenalkan dirinya, guru honorer itu menceritakan sebagai guru honorer, per bulannya ia mendapatkan gaji Rp 800 ribu. Mayani mengatakan, jika dilihat dari ukuran kebutuhan hidup, maka honor tersebut tidaklah cukup. Karena itu, dia setiap bulannya ditopang bantuan dari Opung-nya agar dapat mengabdi sebagai guru.

"Harus terus mengabdi, karena saya guru. Kalau dari segi pendapatan sangat kurang. Tetapi saya punya tanggungjawab moral untuk terus mengajar," katanya di hadapan Sihar, Selasa 13 Maret.

Mayani berharap, agar pemerintah membantu operasional mereka. Sebab mereka adalah tenaga pengajar yang mengabdikan diri untuk para Siswa. "Harapan kami, ada bantuan nantinya kepada kami, agar dapat terus mengabdi. Mengabdi sebagai guru honorer untuk mendidik anak-anak di daerah Sumut," ucapnya.

"Gaji kami itu sangat kecil, sehingga kami berharap kelak apabila Djarot-Sihar terpilih, mereka memikirkan nasib kami. Mungkin nanti kami bisa dibantu dari APBD Provinsi," ungkapnya.

Menyikapi hal itu, Sihar mengatakan, mereka sedang mempersiapkan program pendidikan di daerah. Termasuk program pemaksimalan pengembangan dan memperjuangkan nasib para guru tersebut. Karena ia dan Djarot Syaiful Hidayat yang maju sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur berkomitmen membangun Sumut agar rakyat tidak bodoh, tidak lapar dan tidak sakit.

"Bagaimana rakyat pintar kalau gurunya tersiksa. Jadi ini akan kita perjuangkan bersama. Karena dasar dari pendidikan ada pada guru yang menerapkan ilmu. Jika guru mengabdikan diri, maka kita harus menghargai pengabdian itu," tandasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.