Sukses

Wapres JK: E-KTP WNA Masuk DPT Pemilu Murni Kesalahan Teknis

Tampilan e-KTP untuk WNI dan WNA hampir serupa, warna dan bentuk kartu sama persis dengan e-KTP untuk penduduk Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai adanya e-KTP warga negara asing (WNA) yang masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu merupakan kesalahan teknis. Menurutnya, kesalahan itu dilakukan petugas administatif saat melakukan pencocokan dan penelitian (coklit).

"Itu kesalahan administrasi, terjadi di bawah, yang tidak membedakan antara KTP untuk penduduk (WNI) dengan KTP untuk orang asing. Ya manusia biasa, ada kekeliruan, sehingga masuk daftar pemilih," kata JK kepada wartawan di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Selasa (5/3/2019).

Proses penetapan DPT melibatkan petugas dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kemendagri, melalui Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) menyerahkan data daftar penduduk pemilih potensial pemilu (DP4) kepada KPU untuk kemudian dilakukan coklit hingga sampai ke tahap penetapan DPT.

Kekeliruan masuknya nama-nama WNA dalam DPT tersebut bisa terjadi di Kemendagri, yang tidak memilah data WNA dan WNI pada DP4. Namun, kesalahan bisa  juga terjadi di KPU, di mana petugas coklit tidak teliti membedakan e-KTP untuk WNI dan WNA.

Tampilan e-KTP untuk WNI dan WNA hampir serupa, warna dan bentuk kartu sama persis dengan e-KTP untuk penduduk Indonesia. Perbedaannya hanya terletak pada kolom kewarganegaraan dan masa berlaku.

Pada e-KTP untuk WNA, kolom kewarganegaraan diisi sesuai dengan negara asal pemegang kartu dan masa berlakunya sesuai dengan kartu izin tinggal sementara (Kitas). Keterangan elemen data pada KTP-e untuk WNA juga ditulis dengan Bahasa Inggris.

Untuk menghindari kekeliruan serupa ketika hari pencoblosan pemilu pada 17 April mendatang, JK mengatakan perlu adanya pemeriksaan sejak dini oleh pihak-pihak terkait seperti Badan Pengawas Pemilu, Komisi Pemilihan Umum, Dukcapil Kemendagri dan juga masyarakat.

Peningkatan kualitas pemeriksaan oleh petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di tempat pemungutan suara (TPS) juga perlu dilakukan untuk menghindari adanya pemilih penyusup yang menggunakan KTP-e.

"Ini hanya kesalahan administratif, kesalahan penempatan. Jadi solusinya ya diperiksa, kan berkali-kali nanti diperiksa oleh camat, lurah, kemudian di TPS juga diperiksa. Jadi (seharusnya) tidak akan bisa lolos juga," ucao JK seperti dilansir dari Antara.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ada 103 E-KTP Terdaftar DPT

Sebelumnya diberitakan ada sedikitnya 103 WNA ber-KTP elektronik yang terdaftar dalam DPT Pemilu 2019. Komisioner KPU Viryan Azis mengatakan ratusan data tersebut tersebar di 17 provinsi dan 54 kabupaten-kota.

"KPU RI menerima informasi 103 nama WNA pemilik e-KTP yang diduga ada di DPT. KPU RI langsung menindaklanjuti data tersebut hari ini dengan menginstruksikan ke KPU provinsi, untuk melakukan verifikasi data dan faktual," tutur Viryan di Jakarta, Selasa.

Sebelumnya Dirjen Dukcapil Kemendagri mengungkapkan terdapat 103 dari 1.680 warga negara asing pemilik KTP elektronik yang namanya tercatat masuk dalam daftar pemilih tetap Pemilu 2019.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.