Sukses

Jokowi: Jangan Korbankan Persatuan karena Pesta Demokrasi

Jokowi mengutip pernyataan tokoh Persis A Hassan soal persatuan.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo membuka Muktamar Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam IX (Hima Persis) di Pondok Pesantren Persis Ustman Bin Affan, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (25/9/2018). Jokowi menyinggung persaingan para kandidat dalam pemilu saat memberikan sambutan.

Menurut dia, idealnya pesta demokrasi jadi ajang adu program dan gagasan, bukan saling menyerang fisik. Jokowi lantas mengutip kata tokoh panutan Hima Persis, Ahmad Hassan, untuk menggambarkan pentingnya menghindari serangan fisik dalam pesta demokrasi.

"Beliau (Ahmad Hassan) sampaikan dalam tulisan untuk menghindari konfrontasi fisik sesama anak bangsa. 'Yang dikejar tidak dapat, yang dikandung berceceran'," kata Jokowi disambut tepuk tangan.

"Jangan korbankan persatuan kita gara-gara pesta demokrasi. Itu rugi besar bangsa!" 

Ahmad Hassan merupakan tokoh yang gigih membela Islam. Ahmad Hassan selalu berada di garda paling depan jika agamanya dihina.

Namun, pembelaan yang dilakukannya bukan dengan menghujat lawan atau adu fisik. Ahmad Hasan justru menghadapi lawan-lawannya melalui adu pemikiran, baik melalui tulisan maupun diselesaikan dengan berdebat.

Jokowi juga berpesan bahwa persatuan, kerukunan, dan persaudaraan adalah aset terbesar bangsa Indonesia. Dia menegaskan, meski beda pilihan politik dalam pesta demokrasi, persatuan, kerukunan, dan persaudaraan harus tetap dijaga.

"Jangan sampai harmoni sinergi yang telah berjalan lama jadi kelihatan terpecah, terbelah gara-gara pesta demokrasi setiap lima tahun," kata Jokowi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Demokrasi Picu Pertikaian

Jokowi menambahkan, dari pengamatannya selama ini, pesta demokrasi kerap kali memicu pertikaian di lingkungan masyarakat.

Misalnya pemilihan bupati, pemilihan gubernur, pemilihan wali kota, pemilihan anggota legislatif, hingga pemilihan presiden mengakibatkan antar sesama anak bangsa saling menjatuhkan dan tidak saling sapa.

"Sudah 4 tahun pilpres masih dibahas sampai sekarang. Inilah yang perlu diingatkan bahwa sinergi, harmoni sangat diperlukan bagi kita untuk hadapi kompetisi antar negara," pungkasnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.