Sukses

Tersandung Skandal Mesin, Hino Dikeluarkan dari Kemitraan Kendaraan Komersial Ramah Lingkungan

Hino Motors tengah tersandung masalah pemalsuan data mesin

Liputan6.com, Jakarta - Hino Motors tengah tersandung masalah pemalsuan data mesin. Buntut dari masalah tersebut, pabrikan asal Jepang ini dikeluarkan dari konsorsium kendaraan ramah lingkungan di Jepang, yang berada di bawah kepemimpinan Toyota.

Dilansir Reuters, Jumat (26/8/2022), kemitraan yang disebut Commercial Japan Partnership Technologies (CJPT) telah memutuskan untuk mengeluarkan Hino. Langkah ini dianggap yang paling tepat, agar tidak memperburuk langkah dan tujuan konsorsium terkait pengembangan kendaraan komersial ramah lingkungan.

Toyota sendiri, merupakan pemegang saham besar di Hino, atau menguasai sebesar 50,1 persen.

"Kami percaya bahwa partisipasi Hino akan menyebabkan ketidaknyamanan bagi pemangku kepentingan, dan kami telah memutuskan bahwa pantas untuk mengeluarkan Hino dari CJPT," kata Presiden Toyota Akio Toyoda dalam sebuah pernyataan.

Sebagai informasi, CJPT ini didirikan pada April 2021 oleh Toyota, Hino, dan Isuzu Motors. Kemudian, Suzuki dan Daihatsu ikut bergabung pada Juli 2021.

Sementara itu, dengan dikeluarkannya Hino dari konsorsium tersebut, maka 10 persen saham ekuitas Hino di CJPT akan dialihkan ke Toyota, kata pernyataan itu.

"Kami mengambil keputusan ini dengan sangat serius," kata Hino dalam sebuah pernyataan menanggapi pengusiran dari CJPT, menambahkan bahwa perusahaan sedang bekerja untuk memperbaiki masalah yang menyebabkan kesalahan tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Banyak Kecelakaan Truk dan Bus Jadi Bukti Budaya Keselamatan Masih Rendah

Kasus kecelakaan yang melibatkan kendaraan komersial besar, seperti bus dan truk masih kerap terjadi di Indonesia. Berbagai alasan muncul, dan yang paling sering terdengar adalah kerusakan rem alias rem blong.

Senior Investigator Komisi Nasional keselamatan Transportasi (KNKT), Ahmad Wildan menjelaskan, penyebab terjadinya kecelakaan bus dan truk, akibat rendahnya budaya keselamatan atau safety culture di kalangan pengemudi.

"Kasus rem blong di bus dan truk itu, lebih dari 90 persen dan penyebabnya itu bukan dari kendaraan, tapi dari sang pengemudi," ujar Ahmad Wildan, saat diskusi keselamatan berkendara bersama Hino, di GIIAS 2022.

Lanjut Wildan, budaya keselamatan berkendara sejatinya merupakan yang penting untuk dimiliki para pengemudi truk dan bus. Bahkan, berbagai pihak, baik itu pemerintah juga sudah gencar memberikan edukasi kepada supir truk dan bus tersebut.

"Budaya keselematan berkendara ini, memang harus dipahami pengemudi agar nantinya tidak asal membawa kendaraan. harus paham risiko pengemudi," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.