Sukses

Daihatsu Sigra Listrik Hasil Konversi Ini Mulai Diuji

Indo Motor Electric Vehicle (IMEV), bengkel konversi kendaraan listrik yang berada di kota Bandung, melaporkan keberhasilan tes jalan mobil listrik berbasis Daihatsu Sigra.

Liputan6.com, Jakarta - Indo Motor Electric Vehicle (IMEV), bengkel konversi kendaraan listrik yang berada di kota Bandung, melaporkan keberhasilan tes jalan mobil listrik berbasis Daihatsu Sigra.

Menariknya, proyek yang bekerja sama dengan PT AMS Engineering ini digarap karena seorang konsumen menginginkan Sigra miliknya menjadi kendaraan listrik untuk mengetahui efektifitas penggunaan motor listrik dengan mobil LCGC tersebut.

“Ini pesanan konsumen. Dia tertarik mau buat Sigra miliknya menjadi kendaraan listrik. Sigra tahun 2017, kita pasangkan baterai dan motor listrik.” ucap Firman Febrianto Asmoro, pemilik bengkel IMEV saat dihubungi, (14/7/2022).

Basis yang digunakan masih kendaraan konvensional. Tentu untuk menjadi kendaraan listrik butuh penyesuaian. Firman mengungkapkan tantangan yang dihadapinya dalam membangun Sigra EV adalah harus melakukan perhitungan untuk pembuatan dudukan komponen EV.

Selain itu menggunakan mesin CNC presisi dan dilakukan dalam beberapa kali tahapan. Sigra konvensional dipreteli mesin konvensionalnya, untuk kemudian diukur secara tepat.

“Jadi memang bagian pengukuran dudukan mulai dari dudukan mesin, bodi, bracket berubah. Pembuatan menggunakan mesin CNC presisi, itu saja kesulitannya. Soal waktu pengerjaan, kalau Sigra ini dua bulan. Sebenarnya bisa satu bulan, tapi tergantung barang terutama baterai karena indennya lama,” ucap Firman.

Tim IMEV juga masih mempertahankan transmisi manual milik Sigra. Termasuk pedal kopling di bagian kiri. Namun kini tidak perlu diinjak, karena penggeraknya sudah menggunakan motor listrik. 

Sigra EV menggunakan motor listrik berkapasitas 30 kWh. Menghasilkan torsi hingga 180 Nm dengan jarak tempuh 200 kilometer dan kecepatan tertinggi 120 km/jam. IMEV mengungkapkan jika dipakai berpergian Bandung ke Jakarta, biaya pengisian daya hanya Rp 30 ribu.

Baterai dirangkai dengan cara membeli baterai secara satuan atau per cell dan menggabungkannya menjadi satu dengan jumlah 64 cell. Tim IMEV menggunakan baterai merek CALT, yang disusun menjadi paralel seri berkapasitas sekitar 20 kWh.

Tidak seperti kendaraan listrik keluaran pabrik yang baterainya terpasang di kolong, Sigra EV menggendong baterai berukuran besar di bagasi.

“Jadi baris ketiga kita hilangkan. Memang perlu waktu untuk menempatkan baterai di bagian bawah dan juga untuk melindungi baterai dari air. Untuk teknologinya sudah menggunakan Battery Management System (BMS) jadi pemilik bisa memantau kondisi baterai lewat telepon genggam,” ucap Firman.

Pengisian daya baterai baru bisa dilakukan lewat listrik rumahan dengan daya minimal 3.000 watt. Selain itu, jika pemilik ingin mengisi daya di SPKLU, soket daya tidak mendukung untuk jenis pengisian daya cepat. Soal lama pengisian, dari 0 sampai 100 persen membutuhkan waktu 7 jam.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sensasi Berkendara

Lantas bagaimana sensasi berkendaranya? Firman menggambarkan karena baterai ditempatkan di baris ketiga sehingga membuat center of gravity juga berubah total. Rasanya seperti langsung diisi oleh lima penumpang.

“Memang agak berat, tapi kalau di jalan tol lebih enak, lebih terasa stabil. Harus hati-hati kalau menginjak pedal akseleratornya terlalu instan, karena powernya juga keluar tiba-tiba sehingga bisa selip. Apalagi ini penggerak depan. Saat ini sudah berhasil menempuh sekitar 1.000 kilometer dan aman. Percobaan masih di dalam kota Bandung,” ucap Firman.

Sigra EV pun sudah dilengkapi sistem regenerative braking. Ini mengubah panas yang dihasilkan saat pengereman menjadi energi untuk mengisi baterai termasuk untuk proses perlambatan dengan melepas pedal akselerator.

Terakhir, mengenai dana. Proyek ini menghabiskan sekitar Rp 200 juta sampai Rp 250 juta. Besaran tergantung jarak tempuh yang ingin dicapai sehingga memerlukan jumlah baterai dan motor listrik yang berbeda juga.

“Kalau mau sampai 200 kilometer, sesuai dengan dimensi kendaraannya, itu bisa Rp250 jutaan. Tapi kalau mau buat di dalam kota saja, jarak pendek, sekitar 100 kilometer, itu Rp150 juta sampai Rp200 juta sudah bisa. Ini diluar harga unit konversi tentunya,” ucap Firman.

Selain Sigra, IMEV saat ini tengah berencana untuk mengkonversi beberapa model kendaraan lain. Sudah masuk dalam daftar adalah Innova tahun 2004, Innova Reborn, serta Kijang pickup lawas. Firman sendiri memiliki latar belakang sebagai tim pengembang kendaraan listrik dari ITB.

Ia juga masuk dalam tim pengembangan konversi kendaraan listrik Calya EV yang dilakukan Toyota bersama beberapa universitas di Indonesia.

Langkah yang dilakukan IMEV ini patut diapresiasi. Belakangan konversi kendaraan lebih banyak melirik sepeda motor sebagai tujuan perubahan penggerak. Roda dua memang dinilai lebih mudah menjadi kanvas perubahan penggerak motor listrik karena memiliki sedikit komponen.

Namun apabila konversi juga sukses dilakukan kepada roda empat, ini akan mempercepat target kendaraan listrik di Indonesia 2030 mendatang.

Terlebih, model yang dipilih adalah LCGC yang digambarkan sebagai mobil rakyat dengan harga terjangkau. Sehingga kemungkinan peralihan teknologi akan semakin cepat.

Sumber: Oto.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini