Sukses

Toyota Evakuasi 50 Karyawan dan Keluarganya di Rusia Kembali ke Jepang

Toyota kini memerintahkan karyawan mereka di Rusia untuk kembali ke kampung halaman demi keselamatan mereka di tengah krisis Ukraina.

Liputan6.com, Jakarta Invasi Rusia ke Ukraina masih belum usai. Setelah menghentikan seluruh kegiatannya di Rusia sejak 24 Februari, Toyota kini memerintahkan karyawan mereka untuk kembali ke kampung halaman demi keselamatan mereka di tengah krisis Ukraina.

Toyota mengevakuasi sekitar 30 karyawan dan 20 anggota keluarganya. Keputusan itu diambil berdasarkan saran dari pemerintah Jepang dan situasi bisnis lokal, seperti dikutip dari Kyodo, Selasa (8/3/2022).

Toyota menangguhkan operasi di pabriknya di St. Petersburg Jumat 4 Maret karena gangguan rantai pasokan.

Selain Toyota, Nissan Motor Co., Subaru Corp. dan Mitsubishi Motors Corp. juga telah membuat pengaturan serupa. Nissan pada Senin mengatakan akan segera menghentikan sementara produksi di pabriknya di Rusia.

Sebanyak 347 perusahaan Jepang beroperasi di Rusia pada Februari, menurut perusahaan riset kredit Teikoku Databank Ltd.

Di antara mereka, 45 persen adalah pembuat mobil dan pabrikan lainnya. Pedagang grosir, termasuk rumah perdagangan, menyumbang 25 persen, sementara jasa dan sektor keuangan masing-masing menyumbang 10 persen, katanya.

Perusahaan telekomunikasi KDDI Corp juga mengatakan berencana untuk mengevakuasi karyawan dari Rusia dan Ukraina.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Setop Aktivitas di Rusia dan Ukraina

Toyota mengungkapkan langkahnya terhadap bisnis mereka di Rusia dan Ukraina. Perusahaan Jepang itu memprioritaskan penanganan krisis sementara untuk menjamin keselamatan anggota tim, staf retail dan partner supply chain di kedua negara yang berseteru.

Toyota memiliki 37 diler di Ukraina yang menangani layanan penjualan dan purna jual. Sejak 24 Februari lalu, Toyota menghentikan seluruh kegiatannya di sana. Sementara di Rusia, Toyota juga memiliki jaringan penjualan dan purna jual dengan total 168 lokasi.

Toyota juga memiliki satu pabrik di St Petersburg yang memproduksi RAV4 serta Camry yang diutamakan untuk produksi dalam negeri. Produksi di pabrik St Petersburg berhenti pada 4 Maret dan menghentikan semua kegiatan impornya sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Toyota mengungkapkan penghentian ini karena gangguan pada rantai pasokan suku cadang. Diklaim kegiatan penjualan di Benua Biru tidak terganggu dengan konflik yang terjadi di Eropa Timur tersebut.

Beberapa pabrikan sudah mengutarakan langkah mereka terkait konflik Rusia-Ukraina ini. Ford terbaru mengungkapkan pihaknya akan menangguhkan bisnis otomotifnya di Rusia.

Ford yang memiliki 50 persen saham di Ford Soller, perusahaan otomotif Rusia. Namun Ford tidak menghentikan proses produksi mereka di pabrik St. Petersburg, Elabuga dan Naberrezhnye Chelny.

Ford memiliki sekitar 4.000 tenaga kerja yang mengabdi di beberapa pabrik mereka yang memproduksi model Ford Focus, Ford EcoSport, Transit, Kuga, Explorer, S-Max dan Galaxy. Ford menyumbang 100.000 dolla AS untuk membantu warga Ukraina dan keluarga yang terlantas selama invasi.

Langkah Ford ini menyusul yang diambil General Motors. Produsen mobil asal Detroit itu menghentikan kegiatannya di Rusia, termasuk  setop semua ekspor ke sana. Di Rusia sendiri, GM hanya menjual sekitar 3.000 kendaraan per tahun, bukan pasar yang besar bagi merek Amerika Serikat tersebut.

Kabar terbaru juga diungkapkan Harley-Davidson (HD). Merek moge ternama itu menghentikan kegiatan bisnis mereka di Rusia. HD memiliki 10 outlet di Rusia dari sekitar 369 diler di Uni Eropa.

Seperti merek otomotif asal Amerika Serikat lain, produsen moge asal Milwaukee tersebut juga mengungkapkan Rusia bukan merupakan pasar yang signifikan bagi mereka.

Beberapa pabrikan mobil premium turut kena imbas. Aston Martin, BMW dan Mini mengumumkan penghentian kegiatan bisnis mereka di Rusia. Kendati Aston Martin hanya memiliki satu persen pasar kendaraan di Rusia. 

Sedangkan BMW dan Mini menghentikan produksi mereka karena banyak suku cadang datang dari Ukraina. BMW menghentikan kegiatan ekspor dan produksi di pabrik Kaliningrad yang menghasilkan sekitar 12.000 kendaraan di 2021.

3 dari 3 halaman

Infografis Rusia Serang Ukraina dan Dalih Vladimir Putin

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.