Sukses

Indonesia Incar Rantai Pasokan Baterai Kendaraan Listrik

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia lewat Forum Bisnis Indonesia - Korea mengeksplorasi berbagai area kerjasama yang potensial untuk dikembangkan dalam konteks supply dan value chain.

Liputan6.com, Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia lewat Forum Bisnis Indonesia - Korea mengeksplorasi berbagai area kerjasama yang potensial untuk dikembangkan dalam konteks supply dan value chain. Beberapa di antaranya adalah sektor baterai, kimia, baja, kesehatan dan energi.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Koordinator Bidang Maritim, Investasi dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani mengungkapkan kerja sama tersebut sangat prospektif lantasan Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia sementara Korsel merupakan salah satu negara manufaktur baterai kendaraan listrik terbesar.

"Ini menciptakan peluang bagi kedua negara untuk bekerjasama mengembangkan industri baterai, khususnya baterai kendaraan listrik yang terus tumbuh permintaannya di dunia seiring dengan transisi ekonomi hijau," ucap Shinta dalam keterangannya, Rabu (23/2/2022).

Shinta juga mengungkapkan potensi kerja sama juga ada di supply chain manufaktur yang lebih luas antara Indonesia dan Korea di sektor manufaktur kendaraan bermotor, produk permesinan dan produk elektronik beserta dengan komponen dan suku cadangnya.

Beberapa perusahaan Korea seperti Posco dan Lotte, telah menjadi investor besar di Indonesia di sektor besi baja dan industri kimia.

Di sisi lain, Indonesia memiliki ekspor produk manufaktur utama seperti ekspor produk dan komponen kendaraan bermotor, permesinan dan produk elektronik, yang meski sangat kompetitif namun belum memiliki diversifikasi supply chain yang memadai di dalam negeri untuk menjaga stabilitas kinerja ekspor.

Ini menciptakan peluang bagi pelaku usaha Indonesia dan Korea untuk menciptakan industri intermediary goods untuk produk dari hulu baja dan petrokimia yang sudah diinvestasikan oleh pelaku usaha Korea di Indonesia.

Dalam forum ini juga disebutkan potensi pada industri kesehatan, juga usaha kecil menengah lainnya. Ini termasuk sektor ekonomi kreatif dan digital ekonomi khususnya seperti comic animation, online game, perfilman, sektor jasa profesional, industri strategis seperti otomotif, perkapalan, dan pesawat terbang serta industri lainnya.

"Reformasi ini dicanangkan oleh pemerintah Indonesia dan akan menjadi ladang potensi yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku bisnis Korea untuk meningkatkan business presence-nya pada industri ini," ucap Shinta.

Dalam Forum Bisnis Indonesia-Korea, Shinta selaku wakil ketua umum KADIN menandatangani nota kesepahaman dengan Executive Vice Chairman Korean Chambers of Commerce & Industry (KCCI), Taehee Woo di bidang pengembangan sumber daya manusia yang dinilai menjadi salah satu faktor keberhasilan kerja sama antara dua negara.

Kerja sama ekonomi bisnis antara Indonesia dan Korea terbuka lebar. Data ekspor dan impor pada 2020 mencatatkan defisit bagi Indonesia sebesar 341 juta dollar US dengan nilai ekspor Indonesia ke Korea sebesar 6,5 juta dollar US dan nilai total ekspor Korea ke Indonesia sebesar 6,8 juta dollar US.

Data ini menunjukkan indikasi kuat bahwa potensi kerja sama bisnis dan ekonomi, khususnya pembentukan value & supply chain di antara dua negara perlu digali lebih dalam agar lebih seimbang dan lebih menguntungkan bagi kedua negara.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Nota Kesepahaman

Sebelumnya pada Juli 2021 lalu, Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution menandatangani nota kesepahaman atau MoU dengan pemerintah Indonesia untuk mendirikan joint venture yang membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik berbasis baterai (BEV) di Indonesia.

Pabrik baru ini akan dibangun di atas sebidang tanah seluas 330.000 meter persegi dengan rencana pembangunan pabrik akan diselesaikan pada semester pertama 2023.

Rencana berikutnya, pabrik akan memulai produksi massal sel baterai pada semester awal tahun 2024 mendatang. Diharapkan saat beroperasi penuh, fasilitas ini dapat memproduksi 10Gwh sel baterai lithium-ion dengan bahan katoda NCMA (nikel, kobalt, mangan, aluminium) setiap tahunnya dan akan meningkat menjadi 30 GHh di masa mendatang. Jumlah tersebut dapat diibaratkan untuk memenuhi kebutuhan 150.000 unit kendaraan bertenaga baterai.

Sel baterai yang diproduksi di pabrik Karawang ini rencananya akan digunakan pada model kendaraan listrik milik Hyundai motor dan Kia yang dibangun di atas platform khusus BEV dari Hyundai Motor Group yakni Electric-Global Modular Platform.

Pabrik ini akan membantu Hyundai dan Kia memproduksi kendaraan dengan efisien, performa dan keamanan tingkat tinggi dengan cara memasok sel baterai yang dioptimalkan untuk berbagai model BEV kedua merek otomotif tersebut.

Pemerintah Indonesia setuju untuk menawarkan berbagai insentif dan dukungan demi turut mendukung stabilitas dari sisi operasional pabrik tersebut.

Kehadiran pabrik ini juga menjadi strategi pemerintah untuk keluar dari jebakan negara pengekspor bahan mentah dan melepaskan ketergantungan dari produk impor yang akhirnya memberikan peningkatan nilai tambah ekonomi yang semakin tinggi.

Indonesia diketahui memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Potensi ini digambarkan dalam tiga sampai empat tahun ke depan menjadikan Indonesia berada di jajaran depan produsen utama produk-produk barang jadi berbasis nikel.

Sumber: Oto.com

3 dari 3 halaman

Infografis Ayo Jadikan 2022 Tahun Terakhir Indonesia dalam Masa Pandemi Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.