Sukses

Mengenal Jenis Selip Pada Mobil

Gejala selip muncul akibat ban kehilangan traksi. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi permukaan jalan yang basah, tidak rata, bahkan faktor lain.

Liputan6.com, Jakarta - Gejala selip muncul akibat ban kehilangan traksi. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi permukaan jalan yang basah, tidak rata, bahkan faktor lain. Yang pasti, kondisi ini bisa membahayakan karena dapat berujung pada hilang kendali.

Jadi, sebelum berkendara lebih jauh, ada baiknya berkenalan dengan berbagai jenis selip. Ini penuturan Chief Instructor Jakarta Defensive Driving Center (JDDC), Jusri Pulubuhu.

Spin

Diuraikan sebagai keadaan selip di bagian poros roda penggerak. Poros depan (FWD) atau belakang (RWD) bakal berputar lebih cepat ketimbang roda non penggerak.

Nah, ini terjadi akibat akselerasi kasar nan spontan saat posisi mobil diam. Tentu ada teknologi penanggulangan bernama TCS (Traction Control System) agar menghindari bahaya lepas kendali. Berguna terutama di mobil RWD bertenaga besar.

Sideways

Jusri juga mendefinisikan kejadian ini mirip spin. Disebutkan bahwa titik penggerak berputar melebihi kecepatan roda lain. Kendati begitu, sideways lebih kompleks dengan pergeseran menyamping pada buritan setelah spin, khususnya RWD. Tak hanya itu, istilah sideways juga bisa dipakai kala tarian bokong terjadi saat swerving – perpindahan jalur secara menghentak dan tiba-tiba.

Kegagalan pengendalian saat sideways dapat berakibat fatal terutama di kecepatan tinggi. Semakin liar tarian bokong ke kanan dan ke kiri, semakin sulit pula untuk mengembalikan ke arah semula.

Inilah mengapa fitur keselamatan seperti ESP (Electronic Stability Program) atau VSC itu penting. Sistem memastikan sikap mobil akan selalu sesuai dengan keinginan pengemudi. Caranya adalah mengatur tekanan rem di tiap sisi untuk bantu mengoreksi arah tujuan.

Wheel Locked Up

Pernahkah Anda mengerem mendadak dan seketika mobil tidak mau berbelok sesuai keinginan? Alih-alih mau menghindar, malah menghantam rintangan. Besar kemungkinan diakibatkan roda depan terkunci rapat saat direm. Ketika roda terseret berarti tidak ada efek menggelinding sebagai penghasil arah, tak heran bila tidak belok. Ini merupakan salah satu contoh Wheel Locked Up.

Beruntung ada terobosan teknologi pengereman, berkembang pesat di industri otomotif sejak 1970an. Disebut dengan ABS atau Anti-Lock Braking System, boleh dibilang sudah menjadi komponen standar di mobil penumpang. Jika memeras pedal rem dengan kuat, gigitan kampas ke piringan akan terlaksana secara terputus-putus. Cara seperti ini memaksimalkan kekuatan traksi ban ke jalan sekaligus menghindari selip agar roda depan tetap berputar.

Contoh lain kondisi Wheel Locked Up yakni bila tuas rem tangan ditarik dengan tiba-tiba. Manuver penghentian dengan rem tangan ini sangat tidak dianjurkan untuk keperluan sehari-hari. Alasannya jelas tidak efektif. Distribusi bobot akan berpindah ke depan kala terjadi penghentian laju. Lantas bila yang direm adalah roda belakang saja, dalam kasus ini rem tangan, berarti sisi penghenti berada di titik paling minim traksi. Percuma. Lain cerita bila Anda seorang pengemudi akrobatik seperti drifting.

Terkuncinya putaran roda juga bisa spesifik terjadi di sisi penggerak, mau itu depan atau belakang. Downshift kasar tanpa melakukan throttle blipping (menginjak gas guna menyesuaikan rev) membuat roda terkunci sementara. Berbahaya jika kemudian hilang kendali.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Oversteer

Istilah ini mungkin sering Anda dengar. Merupakan suatu kondisi bokong yang ingin mendahului kala menikung. Umum ditemui pada kendaraan RWD.

Dapat digambarkan sebagai tingkah overaktif mobil di tikungan terhadap input pengemudi. Begini kira-kira, misal Anda belok kiri dengan kecepatan tinggi, lalu bagian belakang mobil seakan ingin mendahului dari sisi luar jalur. Ini menyebabkan perputaran poros mobil melebihi ekspektasi Anda bukan?

Ada beberapa penyebab oversteer. Pertama terkait pengantaran tenaga, bisa jadi terlalu besar di roda belakang saat menikung. Penyebab kedua adalah wheel locked up yang terjadi akibat penarikan rem tangan.

Pun ketika terlalu kasar melakukan downshift di mobil RWD berakibat penguncian putaran. Hampir mirip efek handbrake sebagai penyebab oversteer. Kalau lihai mengeksploitasi oversteer, hasilnya adalah tontonan menyenangkan seperti drifting.

Understeer

Cerita jauh berbeda kalau understeer terjadi. Tingkah mobil cenderung bandel dan tidak mau mengikuti arahan sang pilot. Ketika setir diputar, selip di roda depan menyulitkan perubahan sudut putar mobil. Unit cenderung ingin berjalan lurus. Umumnya ini menjadi penyakit di mobil berpenggerak roda depan.

Penyebab understeer hampir mirip dengan oversteer. Untuk mobil FWD, tenaga yang terlalu besar ke roda depan membuat putaran berlebih dan menghilangkan kemampuan mencengkeram.

Kondisi ban turut memengaruhi kedua dinamisme menikung ini. Telapak ban aus serta tekanan tinggi memang sanggup mengurangi traksi. Selain itu, hard braking saat menikung atau momentum terlalu cepat juga tertuduh sebagai faktor penyebab.

 

3 dari 3 halaman

Aquaplaning

Keadaan ban mengambang di atas air, menjadi suatu momen mengerikan. Itulah saat Aquaplaning, atau juga lazim disebut Hydroplaning, terjadi. Seketika arah mobil bergeser liar ke kiri dan ke kanan tanpa kehendak pengemudi.

Terkadang understeer, terkadang oversteer, bahkan dapat membuat mobil terbalik. Semua terjadi akibat menghantam genangan air di kecepatan tinggi.

Pun pada akhirnya air tidak sempat mengalir di antara ruas tapak ban dan kontak dengan aspal sesaat dilupakan. Semakin parah bila ban sudah botak.

Penutup

Sekarang sudah kenal dengan bermacam gejala selip saat berkendara. Ada baiknya melakukan tindakan preventif, seperti mengurangi kecepatan saat menikung atau hujan.

Emosi juga harus tetap terkendali agar tidak agresif dalam mengoperasikan kendaraan. Beruntung bila mobil Anda dilengkapi teknologi seperti ESP, termasuk TCS dan ABS. Kemungkinan terjadi selip sudah diminimalisir namun tetap saja perlu berhati-hati. 

Sumber: Oto.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini