Sukses

Pakar Keselamatan Berkendara: Tak Ada Istilah Rem Blong

Kecelakaan yang terjadi karena rem blong belum bisa dipastikan kebenarannya 100 persen. Kecelakaan yang terjadi karena rem blong belum bisa dipastikan kebenarannya 100 persen

Liputan6.com, Jakarta - Pihak kepolisian Polda Jawa Barat masih terus melakukan penyidikan terkait penyebab kecelakaan beruntun di tol Cipularang arah Jakarta. Hasil sementara menunjukkan, kecelakaan maut tersebut bermula dari kecelakaan tunggal dump truk hingga terguling di jalan tol.

Saat empat mobil antre menunggu proses evakuasi dump truk tersebut, tiba-tiba dump truk lain bermuatan tanah yang mengalami rem blong meluncur dan menabrak ke empat mobil. Belum selesai, di belakang dump truk ada 15 mobil lain yang kemudian terlibat kecelakaan beruntun.

Namun, menurut Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Center (JDDC), kecelakaan yang terjadi karena rem blong belum bisa dipastikan kebenarannya 100 persen. Pasalnya, kendaraan besar seperti truk atau bus tidak ada istilah rem blong.

"Kalau dikatakan rem blong (rem tidak berfungsi) saya tidak yakin, yang ada hanya kemampuan rem yang menyusut karena panas," ujar Jusri saat berbincang dengan Otomotif Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Lanjut Jusri, untuk karakteristik kendaraan angkut besar, baik penumpang atau barang pasti memiliki rem angin. Jadi, ketika rem tersebut habis, roda pasti mengunci.

"Seperti bus Mercedes-Benz, kalau rem angin tidak memenuhi suatu standar, ketika rem dilepas dan perseneling dimasukkan, bus tidak akan jalan. Kecuali memang kendaraan yang tidak memiliki rem angin, seperti mobil penumpang kecil atau truk engkel dengan rem hidrolis," tambahnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Keahlian Sopir

Keahlian seorang sopir memang mutlak diperlukan. Begitu juga, ketika menghadapi situasi yang memang tidak menguntungkan.

"Rem di kendaraan besar memang ada beberapa macam, rem biasa dan juga rem angin atau retarder brake. Jadi, saat di jalan selalu gunakan rem angin untuk memperlambat laju kendaraan, dan jangan sering menggunakan rem biasa karena rem akan cepat panas dan mengalami brake fading atau kemampuan rem menyusut," ucap Jusri.

Jika rem bekerja terlalu maksimal, suhu rem akan panas dan menyebabkan traksi tromol berkurang. Jika sopir profesional, untuk mengatasi hal tersebut tidak selalu menggunakan rem biasa, dan akan menggunakan rem angin.

"Untuk rem angin tadi, memang bermacam-macam. Ada yang di tangan dan di kaki," lanjutnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.