Sukses

Resmi, Indonesia Punya Pabrik Bahan Baku Baterai Mobil Listrik di Morowali

Proyek pembangunan pabrik yang memproduksi material energi baru dari nikel laterit ini dapat memenuhi kebutuhan bahan baku baterai lithium.

Liputan6.com, Jakarta - Untuk mendukung pengembangan kendaraan listrik di Tanah Air, pemerintah resmi membangun pabrik bahan baku untuk pembuatan baterai mobil atau motor listrik. Hal tersebut, ditandai dengan peletakan batu pertama PT QMB New Energy Materials, di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Sulawesi Tengah.

PT. QMB New Energy Materials sendiri merupakan wujud kerja sama antara perusahaan Tiongkok, Indonesia dan Jepang, yang terdiri dari GEM Co.,Ltd., Brunp Recycling Technology Co.,Ltd., Tsingshan, PT IMIP dan Hanwa. Pabrik bahan baku baterai kendaraan listrik ini, bakal dikembangkan dengan lahan seluas 120 hektar.

Dijelaskan Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, proyek pembangunan pabrik yang memproduksi material energi baru dari nikel laterit ini dapat memenuhi kebutuhan bahan baku baterai lithium generasi kedua.

"Ini adalah industri new battery, new energy material, yang menghasilkan high purity nickel cobalts compounds for rechargeable batteries," jelas Airlangga saat peletakan batu pertama PT. QMB New Energy Materials seperti dikutip dalam laman resmi Kemenperin, Selasa (15/1/2019).

Lanjut Airlangga, melalui proyek smelter berbasis teknologi hydrometalurgi tersebut, Indonesia akan menjadi tuan rumah dalam pengembangan industri baterai untuk kendaraan listrik. Selain itu juga, membuat struktur sektor otomotif di dalam negeri semakin kuat.

"Berdasarkan peta jalan pengembangan industri otomotif nasional, pada tahun 2025, target kita 20 persen dari total produksi kendaraan di Indonesia adalah yang berbasis elektrik. Artinya, ketika produksi kita mencapai 2 juta unit per tahun, sebanyak 400 ribu itu kendaraan listrik," tegasnya.

Sementara itu, Making Indonesia 4.0 menargetkan pada 2030, dengan Indonesia menjadi basis produksi kendaraan jenis Internal Combustion Engine (ICE) maupun Electrified Vehicle untuk pasar domestik hingga ekspor.

Hal ini, didukung oleh kemampuan industri nasional dalam memproduksi bahan baku dan komponen utama serta optimalisasi produktivitas sepanjang rantai nilai industri tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Guna merealisasikan sasaran itu, Kementerian Perindustrian bertekad untuk senantiasa mendukung dan memfasilitasi kebutuhan para pelaku industri di dalam negeri. Hal ini guna mewujudkan kemandirian dan kebanggaan nasional.

"Maka itu, kami akan kawal dan akselerasi pembangunan industri ini bisa selesai atau beroperasi pada 16 bulan ke depan," tambahnya.

Selain untuk memenuhi kebutuhan domestik, produksi PT. QMB New Energy Materials juga akan menyasar ke pasar ekspor.

“Sesuai dengan arahan Bapak Presiden Joko Widodo, dalam upaya menggenjot ekspor, diperlukan peningkatan investasi," pungkasnya.

Untuk diketahui, total investasi yang ditanamkan sebesar USD700 juta dan akan menghasilkan devisa senilai USD800 juta per tahun. Dari pabrik ini juga bakal menciptakan penyerapan tenaga kerja langsung sebanyak 2.000 orang.

PT. QMB New Energy Materials memiliki kapasitas konstruksi nikel sebesar 50.000 ton dan kobalt 4000 ton, yang akan memproduksi di antaranya 50.000 ton produk intermedit nikel hidroksida, 150.000 ton baterai kristal nikel sulfat, 20.000 ton baterai kristal sulfat kobalt, dan 30.000 ton baterai kristal sulfat mangan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini