Sukses

Tak Ada Lagi Empati, Pengendara di Indonesia Sudah 'Sakit'

Keruwetan dan kecelakaan selalu mewarnai lalu lintas Indonesia. Bahkan sudah bisa jadi 'budaya" buruk dalam masyarakat kita.

Liputan6.com, Jakarta Keruwetan dan kecelakaan selalu mewarnai lalu lintas Indonesia. Bahkan sudah bisa jadi  'budaya" buruk dalam masyarakat kita.

Ketidakpatuhan terhadap aturan berlalu lintas sudah mengakar kuat, dan selalu terjadi berulang-ulang bak lingkaran setan. Pemerintah pun dituding belum berperan maksimal melakukan penyadaran dan menekan angka kecelakaan.

Menurut pendiri dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, indikator perilaku 'sakit' pengguna kendaraan bermotor di Indonesia adalah sengaja selalu tidak tertib.

Artinya, tipikal pengendara kendaraan bermotor di Indonesia selalu mencoba menggunakan kesempatan mengambil hak-hak orang lain. Misalnya melewati bahu jalan, melawan arah, one way jadi dua jalur, sepeda motor tidak boleh melewati fly over tapi tetap diterobos. Pelanggaran seperti tersebut terjadi setiap hari.

“Contohnya, perilaku mengambil bahu jalan Ini terjadi setiap hari. Bahkan kalau kita lihat catatan tol, hampir setiap hari terjadi kecelakaan di bahu jalan. Seperti kemaren kasus pengemudi Mazda2 memaksa mengambil bahu jalan, kemudian terjadilah kecelakaan. Itu menunjukkan ketidaktertiban, ketidakpahaman, dan tidak menunjukkan empati. Dia mencoba mengambil bahu jalan yang seharusnya bukan milik dia,” kata Jusri.

Sumber: Otosia.com

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mengerikan, Tiga Nyawa Melayang Tiap Satu Jam

Indonesia termasuk dalam sepuluh besar negara dunia dengan tingkat kecelakaan lalu lintas tertinggi. Angka ini lebih tinggi daripada kematian yang disebabkan hal lain, misalnya penyakit. Lima daerah di Indonesia dengan kecelakaan lalu lintas tertinggi adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara.

Hingga Februari 2018, penyebab kematian tertinggi untuk usia remaja adalah kecelakaan lalu lintas. Dalam laporan tahunannya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa kerugian negara pada tahun 2016 karena kecelakaan di jalan raya hampir mendekati Rp 227 miliar.

"Angka kecelakaan lalu lintas per tahunnya masih relatif cukup tinggi, dimana angka kematian dari kecelakaan lalu lintas mencapai 2 hingga 3 jiwa per jam di Indonesia," kata Co-Founder Lalintas, Chaerany Putri, pada saat peluncuran inisiatif 'Indonesia: Road to Safety' di Jakarta, Jumat (21/9).

Karena itu, lanjut Putri, upaya menurunkann angka kecelakan lalu lintas memerlukan aksi nyata yang berkelanjutan dan secara bersama-sama. "Tanpa aksi nyata dan gerakan bersama, kecelakaan lalu lintas diprediksi dapat menjadi penyebab kematian ke-7 tertinggi di dunia pada tahun 2030," tambahnya.

Prihatin dengan kondisi tersebut, sebuah platform khusus di bidang kampanye keselamatan jalan raya, Lalintas bekerjasama dengan organisasi non-profit United in Diversity (UID) dan sejumlah pemerhati keselamatan lalu-lintas membentuk sebuah gerakan bersama dalarn upaya menekan jurnlah kecelakaan lalu lintas di Indonesia.

3 dari 3 halaman

Selanjutnya

Oleh karena itu, Lalintas bersama United in Diversity membantu pemerintah mencapai target ini lewat gerakan bersama 'Indonesia: Road to Safety'.Melalui gerakan ini, pihaknya akan membangun kesadaran untuk mengubah mindset bersama dalam berkendara yang aman dan nyaman.

Hal tersebut akan dilakukan dengan pendekatan yang kreatif, tidak hanya dengan metode sosialisasi namun juga dengan pendekatan permainan-permainan sosial (social gomes) yang menggugah, khususnya bagi para remaja.

"Kami yakin jika masyarakat mendapat sosialiasi dan akses informasi yang baik, angka fatalitas kecelakaan lalu lintas pasti dapat ditekan," pungkas Putri.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.