Sukses

Rem Baru Terasa Keras, Ini Sebabnya

Saat mengganti rem mobil maupun mobil, tentu harapan pertama adalah rem menjadi sangat nyaman dan empuk. Namun, beberapa pemilik kendaraan justru merasakan rem terasa keras.

Liputan6.com, Jakarta Saat mengganti rem mobil maupun mobil, tentu harapan pertama adalah rem menjadi sangat nyaman dan empuk. Namun, beberapa pemilik kendaraan justru merasakan rem terasa keras.

Rasa keras sendiri jadi wacana gara-gara salah paham. Anggapan itu muncul karena pengendara butuh ekstra tenaga supaya kerja rem mendapatkan grip-nya.

"Itu sebenarnya kurang grip, kalau (disebut) ngerem keras. Padahal bukan cakramnya keras, tetapi kurang grip friksinya. Dia kencang jadinya, sampai tarik banget baru ngerem," kata Yopi Sopyan, Marketing Indo Bintang Mandiri.

Ia yang turut memamerkan pruduk kampas rem non-asbes ABrake di INAPA mengatakan kalau kesalahannya terdapat pada perhitungan koefisien friksi.

Koefisien friksi itulah yang berpengaruh pada grip saat pengereman. Kalau itu sudah diperhitungkan, maka prosesnya akan terasa berbeda. Perhitungan itu sendiri akan diperlihatkan melalui kode-kode yang punya arti tinggi-rendah kualitas koefisien friksi.

"Nah kalau makin tinggi kode, makin empuk ngeremnya," tambah Yopi yang lalu menyebutkan huruf-huruf sebagai kode, mulai dari huruf C sebagai yang paling rendah.

Di Indonesia sendiri, kode huruf itu mulai dari C, D, E, F, dan G. Untuk saat ini, kualitas paling tinggi adalah huruf G, sementara H sudah masuk kategori kampas rem sepeda motor balap.

Untuk produknya, ABrake, kode-kode itu pun terpampang di kanan dan kiri. Keberadaan kode ini juga membedakan kualitas kampas rem buatan mereka yang menggunakan serat baja dengan produk aftermarket lain. Pasalnya, mereka punya alat penghitung untuk menerapkan kode tersebut. 

Sumber : Otosia.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Rem Cakram Banyak Kelebihannya, Ini Perbedaan dengan Rem Tromol

Seiring berjalannya waktu, hampir semua pabrikan motor kini meninggalkan penggunaan rem tromol. Sebagai gantinya, ada rem cakram yang memang dianggap lebih aman dan bekerja maksimal saat pengereman. Lalu apa saja kelebihan dan kekurangan dari kedua jenis rem tersebut?

Technical Service Analyst Astra Motor, Rangga Noviar menuturkan bahwa daya pengereman rem cakram jauh lebih baik dibandingkan rem tromol.

 

 

“Saat ini motor keluaran pabrikan sudah menerapkan kapasitas mesin yang besar dan memiliki tenaga besar pula, untuk itu diperlukan sistem pengereman yang maksimal. Rem tromol yang saat ini masih menggunakan sistem mekanis mulai dikombinasikan dengan sistem rem cakram hidrolis yang kelebihannya memiliki daya pengereman yang lebih baik,” kata Rangga saat dihubungi Liputan6.com,Sabtu (20/1/2018).

Menurutnya, pergerakan rem tromol yang bekerja secara mekanis tersebut membuat proses pengereman belum bekerja secara maksimal.

“Proses pengereman yang baik, harus dikombinasikan antara rem depan dan rem belakang, bagi pengendara yang saat ini masih terbiasa menggunakan rem belakang yang masih memakai sistem rem tromol, tentu tidak akan mendapatkan kinerja rem yang maksimal, karena prinsip kerja rem tromol masih menggunakan sistem mekanis di mana kampas rem akan mulai mengurangi putaran roda ketika pedal/tuas rem mulai difungsikan," jelas Rangga.

3 dari 3 halaman

Selanjutnya

Di samping itu, Rangga juga membeberkan bahwa pabrikan motor sekarang sudah banyak menggunakan rem cakram. Kelebihan dari rem cakram sendiri dilihat dari fungsinya yang menggunakan tekanan fluida/minyak rem untuk mendorong pads/kampas mengurangi putaran piringan cakram, perawatannya jauh lebih mudah, hingga proses penggantiannya juga lebih mudah.

“Kalau rem tromol, kita harus membuka roda terlebih dahulu kemudian baru kita bisa melihat kondisi kampas remnya seperti apa. Meskipun dari luar kita sudah tahu apakah kampasnya ini tipis atau tidak,” ujarnya.

Kekurangan tromol selain sistem pengeremannya masih mekanis dan tidak bisa melihat kondisi kampas remnya secara langsung, ia juga menjelaskan bahwa kotoran di dalam rem tromol jauh harus dilakukan secara periodik.

“Kotoran akibat gesekan kampas rem dengan tromolnya masih banyak terjebak di dalam tromol dan juga panelnya. Makanya itu butuh perawatan khusus, harus dibersihkan. Kalau rem cakram, kita tidak perlu sampai bongkar roda. Kita hanya membuka kaliper, membersihkan piston dan tinggal ganti padsnya,” jelas Rangga.

“Proses pendinginan rem cakram juga lebih maksimal. Rem cakram sendiri didesain berlubang di piringannya berfungsi untuk mereduksi panas akibat proses pengreman,” lanjutnya.

Berbeda dengan tromol, rem cakram sudah bekerja secara hidrolis dengan menggunakan fluida/minyak.

“Kalau menggunakan minyak, tekanan yang disalurkan dari mulai pengendara melakukan pengereman sampai dengan kampas rem nempel ke piringan itu bekerja sangat mudah dan tidak memerlukan tenaga yang lebih besar,” tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.