Sukses

Sebentar Lagi, Sedan Bukanlah Barang Mewah

Selama ini minat masyarakat untuk membeli sedan rendah karena pajak yang lebih tinggi. Jelas, hal ini yang membentuk pasar otomotif.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah saat ini masih menggodok regulasi terkait penurunan pajak sedan di Indonesia. Pasalnya, dibanding model lain, pajak sedan dinilai terlalu tinggi, dan membuat model ini tidak diminati konsumen Tanah Air.

Rencananya, pajak sedan ini bakal turun dari 30 persen menjadi 10 persen, laiknya model lain seperti MPV dan hatchback. Lalu, dengan penurunan sedan apakah bakal mengubah pola pilih kendaraan di masyarakat?

Dijelaskan Pengamat Otomotif, Bebin Djuana, selama ini minat masyarakat untuk membeli sedan rendah karena pajak yang lebih tinggi. Jelas, hal ini yang membentuk pasar otomotif di Indonesia, dan berbeda dengan pasar otomotif dunia pada umumnya.

"Banyak keluarga kecil memiliki MPV yang sebetulnya terlalu besar hanya karena alasan harga," jelas Bebin saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (7/9/2017).

Lanjut pria ramah ini, jika di luar pasar Indonesia, sedan menjadi kendaraan harian, dan MPV hanya sebagai kendaraan keluarga yang memang digunakan saat akhir pekan atau saat membutuhkan kendaraan dengan daya tampung yang besar.

"Mudah-mudahan kebijakan perpajakan yang baru untuk sedan ini mampu mengubah pola pilihan konsumen," pungkasnya.

Simak Juga Video Menarik Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Efektif Angkat Penjualan?

Penurunan pajak sedan ini juga memiliki tujuan lain, yaitu bisa mengangkat penjualan sedan yang masih kalah bersaing dengan MPV atau SUV. Lalu, apakah dengan turunnya pajak sedan dapat meningkatkan penjualan?

Dijelaskan Jonfis Fandy, Marketing & After Sales Service Director PT Honda Prospect Motor (HPM), jika nanti pajak sedan turun maka tidak serta-merta mengangkat penjualan sedan di pasar otomotif Tanah Air secara instan.

"Sedan mau murah seberapa, mau ambil market berapa tetap butuh waktu lama. Thailand sedannya lumayan besar, Malaysia bisa dikatakan negara sedan. Sebenarnya kita tidak masalah," ujar Jonfis saat berbincang dengan wartawan di Senayan, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Jonfis mengatakan, permasahan terkait sedan ini sebenarnya terkait sejarah. Untuk pasar otomotif dalam negeri, model MPV atau SUV sudah menciptakan pasar yang cukup besar dan sulit untuk disaingi.

"Walaupun mengenai ilusi, mobil sedan itu tidak bisa digunakan di jalanan rusak. Buktinya LCGC yang lebih rendah sudah bisa jalan di mana saja. Sebenarnya itu hanya ilusi saja. Kita berpikir, beli mobil harus tinggi," pungkas pria ramah ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.